Kisah CEO Sirclo Menimba Ilmu di Sarang 'Mafia' Startup Indonesia

Desy Setyowati
18 Juni 2022, 08:00
Kisah CEO Sirclo Menimba Ilmu di Sarang 'Mafia' Startup Indonesia
Youtube

Jumlah startup di Indonesia mencapai 2.346 berdasarkan laporan Startup Ranking per April 2022. Di industri ini, ada istilah ‘mafia’ tempat di mana para pendiri perusahaan rintisan pernah menjadi bagian.

Setidaknya ada tiga ‘mafia’ yang dikenal di startup Indonesia, yakni TOKI atau Tim Olimpiade Komputer Indonesia, Universitas Teknologi Nanyang (NTU), dan Young Leaders for Indonesia (YLI) dari McKinsey & Company.

“Kalau TOKI beda-beda angkatan. NTU ada banyak anak satu angkatan dengan saya yang pulang ke Indonesia, termasuk Belva Devara (CEO Ruangguru),” kata Founder sekaligus Chief Executive Officer Sirclo Group Brian Marshal dalam program serial podcast Impacttalk yang dirilis oleh Impactto belum lama ini.

Sedangkan jumlah startup di Indonesia, dapat dilihat pada Databoks di bawah ini:

[Perbincangan lengkap program Impacttalk tersebut bisa dililhat pada link berikut ini]

TOKI adalah tim yang terdiri dari siswa sekolah menengah yang mewakili Indonesia bertanding dalam ajang olimpiade informatika tingkat internasional. Mereka diseleksi dari tingkat kota, provinsi, dan nasional.

Dari seleksi tingkat nasional tersebut, barulah didapatkan sekitar 30 pelajar yang berhak melaju ke pelatihan nasional (pelatnas). Di sana, mereka dibekali materi dan ditempa secara teknis maupun psikologis.

Pelatnas diadakan tiga sampai empat kali dalam setahun. Pada akhirnya, menyisakan empat siswa yang maju ke ajang internasional International Olympiad in Informatics atau IOI.

Berdasarkan akun Linkedin Brian, pendiri Sirclo itu terlibat dalam kegiatan seputar olimpiade informatika TOKI dan proyek seputar film pendek seperti Ocean Thrills.

Brian juga mengenyam pendidikan di Nanyang Technological University (NTU), Singapura dengan jurusan computer science pada 20107 – 2011. Ini berarti, ia masuk TOKI ‘mafia’ dan NTU ‘mafia’.

“Empat tahun kuliah di NTU. Alasan ilmu komputer, karena saat SMP dan SMA sudah kenal pemrograman dan sempat ikut olimpiade mewakili Indonesia, dan mendapatkan medali perunggu,” katanya.

Brian memulai karier sebagai data analyst  di Price Waterhouse Coopers (PWC). Setelah dua tahun bekerja, ia mendirikan Sirclo pada 2013.

Ia juga masih berpartipasi di TOKI sampai saat ini. “Awal-awal bantu melatih dan beberapa tahun terakhir ini lebih ke organisasi, yang ada ikatan alumninya,” ujar dia.

“Tahun depan akan dipercaya untuk menjadi co-organizer dari tuan rumah olimpiade komputer internasional di Indonesia,” tambah dia.

Pendiri startup lainnya yang masuk ekosistem TOKI yakni mantan CTO Traveloka Derianto Kusuma dan eks CEO Bukalapak Achmad Zaky.

Derianto meraih medali emas di OSN Komputer 2003. Sedangkan Achmad Zaky menjadi pemenang TOKI Open Contest Kontes Januari 2011.

Sedangkan pendiri startup yang merupakan lulusan NTU, termasuk Brian, Belva Devara, founder Sagara Technology Adi Arriansyah, serta Co-Founder Dekoruma Aruna Harsa dan Dimas Harry Priawan.

Lalu, ada satu ‘mafia’ lainnya yakni YLI dari McKinsey & Company. Lulusannya yaitu Pendiri Gojek Nadiem Makarim, Belva Devara dan Iman Usman Ruangguru, CEO Akademis Tarreq Kemal Al Idrus, serta Founder Pinhome Dayu Dara Permata.

Young Leaders for Indonesia adalah salah satu program intensif pengembangan kepemimpinan yang diinisasi oleh McKinsey & Company. Program ini berjalan sejak 2009 dan berfokus pada mahasiswa tahun ketiga dan keempat yang memiliki prestasi, baik akademik maupun non-akademik, serta mahasiswa yang aktif di organisasi.

Ada serangkaian seleksi ketat untuk bisa masuk YLI. Mulai dari mengirimkan esai pendek tentang pengalaman kepemimpinan hingga wawancara dengan konsultan McKinsey & Company and partners.

Mahasiswa Indonesia yang diseleksi berasal dari berbagai perguruan tinggi, bukan hanya di Indonesia.

Ada tiga forum besar di YLI yakni:

  1. Para peserta belajar tentang cara memimpin diri sendiri (lead self) dan diwajibkan membuat personal leadershipi project (PLP)
  2. Belajar tentang cara memimpin tim (lead team) dengan membagi peserta ke dalam kelompok-kelompok kecil untuk mengerjakan breakthrough leadership project (BLP) berisi kasus yang harus diselesaikan.
  3. Belajar tentang cara membuat perubahan (lead change). Pada forum ini, peserta diberikan kesempatan untuk memulai karier di dunia profesional.

Brian bercerita, TOKI dan NTU berperan dalam mendorong dirinya membentuk startup. Melalui TOKI, ia memahami ilmu komputer dengan lebih baik.

Sedangkan di NTU, ia belajar mengenai banyak hal teknis dan mengelola tim. Selain itu, berdasarkan diskusi dengan rekan-rekan pendiri startup, YLI membantu mereka memperluas jaringan dan mengatur suatu usaha.

“Tapi kalau bicara kewirausahaan, saya tidak akan mengaitkan perjalanan kewirausahaan saya dengan tiga pengalaman itu. Saya pikir, ini campuran,” kata Brian.

Ia bercerita, orang tuanya mendorong dirinya melakukan hal yang diminati. Ia pun mulai berwirausaha sejak SMP dengan menjual perangkat lunak (software).

“Membuat aplikasi untuk teman yang berjualan VCD,” kata Brian. Lalu, “Berpikir, kenapa sekolah tidak mempunyai majalah teknologi. Ini pengalaman pertama membuat pitching deck ke kepala sekolah untuk membuat majalah komputer dan disetujui.”

Berdasarkan laman Visme, pitch deck adalah presentasi singkat untuk menjelaskan gambaran umum mengenai rencana bisnis. Pendiri startup menjelaskan seperti apa produknya kepada calon investor dan membuat mereka tertarik memberikan pendanaan.

Pitch deck biasanya dibuat menggunakan berbagai macam tools umum seperti PowerPoint, KeyNote, atau Prezi.

“Saat SMP itu, saya mendapatkan pendanaan dari kepala sekolah untuk membuat majalah sungguhan yang dicetak. Jadi, itu ada kaitannya sedikit, yang membuat saya lebih percaya diri,” ujar Brian.

Cek juga data ini

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...