Startup Pengelola Sampah Rekosistem Raih Rp 75 Miliar, Gaet PLN
Startup climate-tech Rekosistem meraih pendanaan US$ 5 juta atau sekitar Rp 75 miliar. Perusahaan rintisan ini juga menjajaki kerja sama dengan PLN.
Pendanaan tersebut dipimpin oleh Skystar Capital. Investor lain yang berpartisipasi yakni East Ventures, Provident, dan beberapa lainnya.
Produk startup Rekosistem di antaranya:
- Reko Waste Station
- Reko Hub
Kedua tempat tersebut menjadi lokasi pengumpulan dan fasilitas pemulihan material sampah campuran menjadi bahan baku berkualitas tinggi. Fasilitas ini dilengkapi dengan sensor Internet of Things atau IoT, yang memungkinkan pengumpulan data dan pemantauan secara real-time.
Sensor IoT tersebut terintegrasi dengan teknologi mesin pembelajaran alias machine learning guna meningkatkan analisis dan optimasi sistem. Dengan begitu, pembayaran kepada pekerja berdasarkan kinerja.
Penggunaan machine learning juga dapat dioptimalkan untuk mencapai target produksi material dari sampah.
Startup Rekosistem mengumpulkan sampah, lalu diangkut secara efisien ke pusat pengolahan akan diproses menjadi bahan berharga di pabrik. Dengan begitu, bisa mengurangi penumpukan sampah di Tempat Pembuangan Akhir atau TPA.
Co-Founder sekaligus CEO Rekosistem Ernest Layman mengatakan, perusahaan mampu memproses lebih dari 70% jenis sampah menjadi bahan baku daur ulang dan energi baru terbarukan.
Selain itu, mampu memperluas cakupan pengelolaan sampah ke lebih banyak kota dan menyediakan program Extended Producer Responsibility. Program ini untuk mendorong pemilik usaha bertanggung jawab atas dampak bisnis terhadap lingkungan.
Ia mengatakan Rekosistem bertekad membangun bisnis yang mampu menghadapi tiga tantangan terbesar yakni keuntungan, manusia, dan planet.
“Melalui penerapan ekonomi sirkular di rantai pasok pengelolaan sampah, produk dan layanan yang kami tawarkan bertujuan membuat produksi dan konsumsi bertanggung jawab dapat diterapkan oleh bisnis and semua orang,” ujar Ernest dalam keterangan pers, Selasa (8/8).
Kinerja startup Rekosistem sebagai berikut:
- Dengan menggunakan IoT dan machine learning, mereka menyederhanakan dan meningkatkan efisiensi pengumpulan sampah 49%
- Meningkatkan produktivitas sampah menjadi material 523% untuk daur ulang, daur naik, dan sumber energi berbasis sampah selama paruh pertama tahun ini
- Peningkatan pendapatan pekerja sampah 117%
- Memiliki 300 pekerja sampah dan mitra bisnis
- Mempunyai 10 Reko Hub
- Memiliki 33 Reko Waste Station
- Menggaet lebih dari 100 pelanggan bisnis dan 20 ribu konsumen individu
- Menjangkau lebih dari 100 ribu orang
- Sudah mengelola lebih dari 2.500 ton metrik sampah per bulan
- Pendapatan tahunan tumbuh tujuh kali lipat
- Rekosistem mengklaim telah menghemat 12.615 ton CO2 lewat penggantian material baru dengan material daur ulang dan mencegah polusi sampah ke lingkungan
Startup Rekosistem juga tergabung dalam program Connext Powered by PLN. Mereka akan menjajaki kerja sama dengan PLN.
Perusahaan rintisan itu akan menggunakan dana segar yang diperoleh untuk meningkatkan sistem pengelolaan sampah Rekosistem hingga lebih dari 20 ribu ton metrik sampah per bulan dalam dua tahun ke depan.
Untuk mencapai target tersebut, startup Rekosistem memiliki rangkaian strategi di antaranya:
- Pengembangan sistem pengelolaan sampah
- Memperluas penerapan teknologi IoT dan mesin pembelajaran alias machine learning
- Mengalokasikan sumber daya untuk pengembangan teknologi daur ulang
- Meningkatkan fasilitas pemulihan material atau Reko Waste Station dan Hub
- Melibatkan lebih dari 5.000 pekerja dan mitra bisnis ke dalam ekosistem digital
Startup Rekosistem merambah model:
- Business to Business atau B2B: menyasar segmen korporasi
- Business to Business to Consumer alias B2B2C: menjangkau bisnis dan konsumen akhir melalui aplikasi mobile dan web
Aplikasi Rekosistem menawarkan layanan pengelolaan sampah yang bertanggung jawab bagi pemukiman, bangunan hingga pemerintah daerah. Caranya bekerja sama dengan stakeholder pengelolaan sampah, baik individu maupun lini usaha.
Co-Founder dan Chief Operating Officer Rekosistem Joshua Valentino mengatakan bahwa model bisnis B2B merupakan model bisnis yang tepat. Sebab, masalah rantai pasokan sampah di Indonesia bersifat sistematis.
“Model bisnis ini memungkinkan kami mengubah rantai pasokan sampah yang terfragmentasi menjadi ekosistem yang lebih sirkular dengan cara paling efisien dan optimal, bersama dengan semua mitra bisnis kami," ujarnya.
Managing Partner Skystar Capital Abraham Hidayat optimistis dengan pertumbuhan sektor pengelolaan sampah di Indonesia. Sebab, menawarkan banyak peluang pertumbuhan bagi para pemain yang dapat efektif dalam industri yang terfragmentasi ini.
“Dengan keahlian dan pengalaman yang mendalam di sektor ini, kami melihat Rekosistem berada dalam posisi yang baik untuk menyelesaikan beberapa isu mendasar di bidang ini dan memanfaatkan banyak peluang yang belum dimanfaatkan sepenuhnya,” kata Abraham.
Sebagai pendukung awal Rekosistem, Partner East Ventures Avina Sugiarto melihat berbagai kemajuan dan perkembangan positif dari startup ini. “Kami akan terus berkolaborasi dengan Rekosistem untuk membawa dampak positif terhadap industri pengolahan sampah dan berkontribusi terhadap penciptaan ekonomi sirkular di Indonesia," katanya.