Empat Tanda TikTok Mengancam Shopee, Lazada hingga Tokopedia
Transaksi TikTok Shop ditargetkan melonjak 4,5 kali lipat menjadi US$ 20 miliar tahun ini. Setidaknya ada empat tanda yang menunjukkan social commerce asal Cina ini bisa menjadi ancaman bagi Shopee, Lazada hingga Tokopedia.
1. Pangsa Pasar
Berdasarkan data Momentum Works, TikTok Shop menjadi satu-satunya platform e-commerce maupun social commerce yang mencatatkan kenaikan di Asia Tenggara. Rinciannya sebagai berikut:
- Shopee 46,5% 2023, 48,1% 2022
- Lazada 17,7% 2023, 20,2% 2022
- Tokopedia 13,9% 2023, 18,5% 2022
- TikTok Shop 13,2% 2023, 4,4% 2022
- Lainnya 8,7% 2023, 8,9% 2022
Catatan: angka 2023 merupakan proyeksi
2. Transaksi
TikTok Shop menargetkan transaksi bruto atau Gross Merchandise Value (GMV) menjadi US$ 20 miliar tahun ini. Sebanyak US$ 15 miliar atau sekitar Rp 230 triliun di antaranya menyasar Asia Tenggara.
Rincian perkiraan transaksi TikTok Shop per tahun menurut laporan Momentum Works sebagai berikut:
- 2021 US$ 600 juta
- 2022 US$ 4,4 miliar
- 2023 US$ 20 miliar
“Ini akan menempatkan TikTok Shop di liga yang sama dengan pemain mapan Lazada dan Tokopedia,” kata Momentum Works dalam keterangan pers, Senin (21/8).
Perbandingan transaksi TikTok Shop dengan Shopee, Lazada, dan Tokopedia dapat dilihat pada Bagan di bawah ini:
3. TikTok Gerus Pasar Alibaba
TikTok Shop hadir di sembilan negara, termasuk semua pasar utama di Asia Tenggara, Cina, Inggris, Arab Saudi, dan Amerika Serikat. Di Cina, platform ini hadir dengan nama Douyin.
Momentum Works mencatat, Douyin dan Pinduoduo mengganggu bisnis Alibaba di Cina. Pangsa pasar Alibaba pun turun dari sekitar 80% menjadi 50% dalam enam tahun.
“Secara global, TikTok Shop menjadi ancaman bagi pelaku usaha e-commerce, termasuk Shopee dan Lazada di Asia Tenggara, serta Amazon di Amerika Serikat dan Timur Tengah,” kata Momentum Works.
