Permintaan Layanan Transportasi Grab Mulai Naik Tapi Belum Normal
Pendapatan pengemudi taksi dan ojek online anjlok akibat pandemi corona. Grab pun menyiapkan beberapa strategi untuk menjaga pendapatan mitra, khususnya menjelang fase normal baru (new normal).
Salah satu caranya dengan menerapkan program Grab Protect. Perusahaan menyediakan hand sanitizer, masker, hairset, partisi hingga stasiun sanitasi untuk disinfeksi kendaraan. Tujuannya, agar mitra pengemudi bisa mengangkut penumpang, dengan tetap berupaya mencegah penularan virus corona.
Grab pun menyediakan dana khusus untuk penanganan pandemi corona. “Alokasi yang disiapkan Rp 260 miliar di Indonesia,” kata Managing Director Grab Indonesia Neneng Goenadi saat wawancara khusus secara virtual dengan Desy Setyowati dari Katadatada.co.id pada Jumat lalu (12/6).
(Baca: Strategi Grab Jaga Pendapatan Mitra Pengemudi di Tengah Pandemi Corona)
Dalam wawancara sekitar 30 menit itu, petinggi Grab ini menjabarkan apa saja yang disiapkan melalui Grab Protect. Selain itu, upaya perusahaan menjaga pendapatan mitra pengemudi selama pandemi dijabarkan secara rinci.
Apa saja yang disiapkan Grab dalam menerapkan protokol kesehatan saat memasuki normal baru?
Yang kami lakukan ada beberapa hal. Pertama, kami mengedukasi para mitra pengemudi bagaimana menghadapi Covid-19 dan new normal. Untuk GrabCar sudah kami lakukan cukup lama, dari awal pandemi. Kami membagikan hand sanitizer, masker, mengajarkan cara mencuci mobil. Kami juga membuat stasiun sanitasi untuk mobil dan juga memasang protection atau pembatas antara driver dan penumpang. Juga memastikan driver selalu menggunakan hand sanitizer.
Untuk GrabBike, prosedurnya sama. Hand sanitizer, masker. Saat PSBB yang untuk delivery, karena kan belum bisa antar penumpang. Sekarang, agar bisa mengantar penumpang dan merasa aman, kami buat pembatas. Ini supaya mitra dan penumpang juga aman.
Untuk GrabBike kami tambahkan, helm-nya harus bersih. Untuk GrabBike driver, package-nya ada tambahan hairnet. Sebenarnya kami mengimbau sesuai arahan pemerintah bahwa penumpang membawa helm. Tapi jika terpaksa dan oke pakai helm dari driver, mereka pakai hairnet.
(Baca: Bisa Angkut Penumpang, Pendapatan Pengemudi Ojek Online Naik 30%)
Jadi kami melihat secara detail. Kami berikan disinfektan supaya mereka selalu mencuci motornya sendiri setiap hari. Tetapi mereka juga bisa datang ke stasiun disinfektan yang kami siapkan di 21 di Jakarta dan 40 di seluruh Indonesia.
Mereka juga harus self declaration. Lalu mereka mengisi, oh pagi ini sebelum mulai, temperatur saya berapa? Itu setidaknya membantu, oh orang sumeng atau tidak. Kalau mereka tidak melakukan self declaration, mereka tidak bisa mulai, tak bisa nge-bid untuk mulai harinya. Jadi itu hal yang kami masukan untuk bagian dari Grab Protect. Kami random check setiap hari, panas atau tidak. Kalau panas, mereka diminta pulang, ke dokter.
Ada cara pengawasan lainnya?
Penumpang juga mengawasi driver, begitu sebaliknya. Artinya, kalau driver lihat penumpangnya nggak pakai masker, dia bisa menolak untuk mengantar. Kalau memaksa, driver bisa membatalkan tanpa ada pinalti.
Begitu juga penumpang. Dia bisa bilang, driver nomor sekian tidak pakai masker jadi dibatalkan. Kalau bandel, di tengah jalan dicopot, penumpang bisa kasih tahu. Karena pengawasan itu harus dilakukan bersama-sama, nggak mungkin hanya kami saja.
(Baca: Pecat 360 Pegawai, Bos Grab Janji Tak Ada PHK Lagi Tahun Ini)
Lalu, ada tambahan lain, driver harus gunakan masker dan selfie. Pertama, dia selfie tanpa masker, untuk tahu dia ini benar-benar pengemudinya. Lalu selfie dengan masker. Jadi banyak prosedur dan antisipasinya.
Kami sebagai Grab, safety nomor satu. Kami tidak kompromi keamanan. Ini untuk memastikan penumpang dan driver merasa nyaman. Kami juga tidak mau menjadi sarana penularan.
Ada kesulitan untuk memastikan mitra pengemudi mematuhi protokol itu?
Ini hal yang baru untuk jadi kebiasaan. Segala sesuatu yang baru itu tidak mudah. Kami dari pihak Grab tidak henti-hentinya komunikasi, training driver setiap dua minggu sekali, untuk mengganti hand sanitizer, dan lainnya.
Semua harus berkelanjutan. Tidak bisa sekali, langsung ingat. Akibatnya kalau tidak mematuhi untuk diri sendiri dan penumpang, bagaimana? Ini adalah upaya kami. Selain training dan lainnya, kami juga random check. Kita kan tidak tahu kalau tiba-tiba terkena random check, bukan satu-dua, tetapi ribuan. Kami memastikan mereka memakai atribut, kalau tidak, susah kalau dia tak pakai jaket.
Jumlah tim random check berapa?
Yang dicek ribuan. Cek random ada yang di pangkalan-pangkalan.
Dari proyeksi Grab, dengan new normal apakah layanan transportasi akan menurun atau permintaan akan banyak?
Sebenarnya begini, kan sekarang baru beberapa hari, baru di Jakarta. Apakah sudah kembali normal? Yang pasti tidak. Mal dan sekolah juga belum buka. Kantor-kantor juga banyak sekali yang memberlakukan work form home, kalau pun masuk maksimal 50%. Jadi realitasnya apakah kembali normal? Tidak. Tapi apakah meningkat, iya naik lagi.
(Baca: Grab Klaim Kucurkan Rp 625,6 Miliar Bantu Pengemudi Terdampak Pandemi)
Jadi, tergantung dari apakah benar-benar new normal seperti apa. Kalau dari Grab, kami selalu berusaha memastikan, yang perlu menggunakan transportasi online itu aman baik driver maupun penumpang. Itu yang selalu kami pikirkan.
Di Jakarta masih ada wilayah merah. Dengan teknologi, bisa kami atur agar driver tidak akan dialokasikan untuk mengambil orang dari dan menuju daerah itu. Dengan teknologi semua bisa.
Evaluasi Grab untuk memastikan protokol kesehatan diterapkan berapa lama sekali?
Setiap hari. Setiap minggu pasti ada evaluasi. Apalagi setiap bulan.
Dengan gambaran normal baru, layanan atau fitur apalagi yang akan dikeluarkan Grab untuk mencegah penularan virus corona?
Kami selalu inovasi, berpusat pada keamanan, kesejahteraan driver, kenyamanan dan kepuasan dari penumpang atau pelanggan makanan atau GrabExpress. Bertumpu kepada empat itu, kami dalam hal pandemi ini sudah banyak inovasi yang dilakukan.
Pertama, karena para driver Grab tidak bisa mengangkut penumpang, kami buat GrabMart. Anda bisa membeli groceries. Jadi GrabBike Driver bisa angkut barang dan makanan, jadi lebih banyak. Kami juga inovasi dengan meluncurkan Grab Assistant, itu penumpang bisa minta tolong belikan.
Ketiga, yang kami luncurkan GrabMerchant. Itu juga supaya merchant-merchant kami tidak perlu pergi ke pasar. Jadi bisa beli online dari supplier langsung. Pengantarannya bisa dari GrabBike atau GrabCar, itu juga membantu driver untuk dapat demand lain selain dari penumpang. Inovasi itu terus kami lakukan. Terus dan terus.
(Baca: Transaksi Anjlok, CEO Grab Sebut Pandemi Corona Krisis Terbesar)
Salah satu yang diimbau Kementerian Perhubungan untuk mencegah penularan yakni partisi. Untuk GrabCar dan GrabBike ada berapa?
Saya lupa. Kalau tidak salah GrabCar akan menjadi 15 ribu. Untuk GrabBike akan menjadi 10 ribu atau 11 ribu. Tapi, mulai dari diluncurkan, kami terus menerus memasang karena tidak boleh ada penumpukan.
Kami harus terangkan. Ini (partisi) bisa dilipat kalau tidak ada penumpang. Diajarkan cara mengelapnya. Kan pemerintah juga melarang orang kumpul-kumpul. Itu setiap hari kami lakukan semaksimal mungkin yang diperbolehkan.
Pembagian partisi dilakukan sejak kapan?
Kalau GrabCar sudah lama. Kalau GrabBike kalau tidak salah yang di Jakarta mulai minggu lalu (awal Juni). Karena GrabBike Protect, sebelum diluncurkan, kami harus uji coba. Itu bisa dilakukan kalau tidak ada PSBB (pembatasan sosial berskala besar). Kota yang tidak ada PSBB tak banyak, jadi kami pilot di Medan, Yogyakarta, Bali.
Jadi semua itu bukan sak dek sak nyet, semua ada prosesnya. Kami tes dulu. Jadi semua itu kami lakukan prosesnya. Jadi perlu dilihat segala sesuatu perlu pilot dan proses, dan semua harus tetap mengikuti approach social distanding. Ini new normal. Dulu, ramai-ramai, ribuan nggak masalah.
Penyediaan partisi kerja sama dengan produsen, dan kajian sejak kapan untuk pembuatan partisi?
Kami kajian saat mulai PSBB. Maka ini disebut inovasi. Segala sesuatu dicari, kami selalu berinovasi. Inovasi ini kami lakukan dengan berfokus pada keamanan, kesejahteraan, kenyamanan pelanggan.
Partisi akan tersedia gratis atau dipungut biaya?
Untuk sementara ini semua masih disediakan oleh Grab.
(Baca: Ada Pandemi, CEO Grab: Likuiditas Cukup untuk Melewati Resesi 3 Tahun)
Untuk keseluruhan mitra atau terbatas?
Itu yang saya katakan tadi, sekarang ini pembagiannya bergantung kepada jumlah yang dipasang per hari itu, karena ada aturan social distancing.
Kalau dilihat dari beragamnya health kit yang disiapkan, partisi, disinfektan, posko, biaya yang disiapkan oleh Grab itu berapa?
Secara keseluruhan, bukan hanya untuk hand sanitizer dan lainnya, semua inisiatif dan kami bantu pemerintah juga, Rp 260 miliar untuk Indonesia.
Di negara operasional Grab yang lain, penerapan protokolnya apakah disesuaikan?
Iya, karena kebutuhannya beda-beda. Detailnya bagaimana dan apa yang dibutuhkan mitra dalam rangka Covid-19, beda-beda.
(Baca: Susul Gojek, Petinggi Grab Donasi 20% Gaji untuk Mitra Terimbas Corona)