Disuntik Modal Anak Bank Korea, Valuasi Bukalapak Tembus Rp 35 Triliun
Perusahaan e-commerce, Bukalapak mendapat pendanaan dari anak usaha bank asal Korea Selatan, Shinhan GIB. Valuasi unicorn Tanah Air itu pun mencapai lebih dari US$ 2,5 miliar atau sekitar Rp 35 triliun.
Investasi dari Shinhan GIB merupakan bagian dari putaran pendanaan Seri F, sebagaimana telah disahkan dalam Keputusan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia tertanggal 26 September 2019. "Pada putaran pendanaan Seri F ini, Bukalapak menerima investasi untuk menjalankan rencana dan strategi bisnis jangka panjangnya," demikian dikutip dari siaran pers, Jumat (4/10).
Shinhan GIB adalah unit perbankan investasi terintegrasi dari Shinhan Financial Group (SFG) dari Korea Selatan. SFG adalah grup finansial dengan total aset US$ 413 miliar dan pangsa pasar (market cap) US$ 19 miliar. Perusahaan ini juga memperoleh peringkat kredit A1 dari Moody’s.
SFG mengelola portofolio bisnis yang
seimbang. Di antaranya bank komersial, bank investasi, permodalan, asuransi, kartu kredit, dan lainnya.
Selain Shinhan GIB, investor terdahulu yakni Emtek berpartisipasi dalam pendanaan Seri F Bukalapak ini. Seri pendanaan ini membawa valuasi Bukalapak melampaui US$ 2,5 miliar atau lebih dari Rp 35 triliun.
(Baca: Investor Asal Korea Selatan Ikut Investasi di Bukalapak)
Sebelumnya, Bukalapak telah mengantongi suntikan pendanaan dari berbagai sumber seperti Ant Financial, Mirae Asset-Naver Asia Growth Fund, GIC dan Grup Emtek.
Dalam keterbukaan Bursa Efek Indonesia (BEI) tertanggal 27 Mei 2019, PT Kreatif Media Karya (KMK) tercatat memiliki 35,17% dari total saham Bukalapak. Sebanyak 99,9% saham KMK dimiliki oleh PT Elang Mahkota Teknologi Tbk (Emtek).
Putaran pendanaan terakhir dikantongi Bukalapak pada Januari 2019 lalu. Saat itu, Bukalapak mengumumkan masuknya tambahan modal dari Mirae Asset Daewoo dan Naver Asia Growth Fund senilai US$ 50 juta atau sekitar Rp 706,6 miliar.
Kemudian, Co-Founder sekaligus Presiden Bukalapak M Fajrin Rasyid menyatakan, investor akan kembali menyutikan dana tambahan. "Dalam waktu dekat, iya (investor siap untuk suntik dana)," kata Fajrin pada Februari lalu.
(Baca: Bukalapak PHK Karyawan, Ada Apa dengan Unicorn ke-4 Indonesia Ini?)
Perusahaan e-commerce ini juga sempat menjadi perbincangan, karena melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) karyawan. Namun, unicorn keempat Indonesia itu membantah keputusan tersebut sebagai gejala adanya masalah dalam perusahaan.
Dalam pernyataan resminya, PHK karyawan Bukalapak disebut sebagai salah satu strategi perusahaan agar dapat menjaga keberlanjutan bisnisnya. Bukalapak ingin menjadi unicorn pertama yang mencetak laba
Chief of Strategy Officer of Bukalapak Teddy Oetomo menjelaskan, meski pertumbuhan transaksi (Gross Merchandise Value/GMV) adalah indikator penting bagi e-commerce, pihaknya ingin membangun bisnis ke tahap lebih jauh.
Saat ini, Bukalapak telah menggaet lebih dari empat juta Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) untuk berjualan online. Unicorn ini juga memiliki lebih dari dua juta pedagang offline yang disebut mitra Bukalapak. Mitra berupa warung dan wirausaha mandiri ini sudah hadir di 477 dari 514 kota dan kabupaten di Indonesia.
(Baca: Bukalapak Berambisi Sandang Status Decacorn Tahun ini)