JD.ID Susul Shopee Adopsi Teknologi AR untuk Produk Kecantikan

Desy Setyowati
28 Oktober 2020, 11:54
JD.ID Susul Shopee Adopsi Teknologi AR untuk Produk Kecantikan
ANTARA FOTO/Aprillio Akbar
Ilustrasi, warga memilih barang-barang belanjaan yang dijual secara daring di Jakarta, Jumat (27/12/2019).

Perusahaan e-commerce, JD.ID meluncurkan fitur AR Make-up Try-On yang memungkinkan pengguna mencoba produk kecantikan di aplikasi. Layanan berbasis teknologi realitas tertambah (augmented reality/AR) ini juga sudah diadopsi oleh Shopee di platform-nya pada tahun lalu.

Melalui fitur tersebut, konsumen JD.ID dapat mencoba lipstik, eyeliner, eyebrow, eyeshadow, mascara, foundation, face powder, dan blush on secara virtual. Setelahnya, pelanggan bisa berswafoto dan menyimpan hasilnya di ponsel pintar (smartphone).

JD.ID bekerja sama dengan beberapa merek (brand) kecantikan seperti Wardah, Emina, Make Over, Maybelline, L'Oréal, Nacific Cosmetic, I’m Meme, Somethinc, Pixy, Safi, dan Marina Glow Ready untuk menyediakan fitur berbasis AR tersebut. Perusahaan menargetkan ada lebih banyak korporasi yang bermitra ke depan.

“Melalui fitur AR Make-up Try-On’, kami berupaya memudahkan proses belanja para pelanggan dan menawarkan pengalaman baru dalam membeli produk kecantikan secara online,” kata Head of Beauty Retail JD.ID Liana Heryono dikutip dari siaran pers, Selasa (27/10).

Pada Juli 2019 lalu, Shopee mengimplementasikan teknologi AR untuk produk kecantikan yang disebut BeautyCam. Barang yang bisa dicoba secara virtual yakni milik L'Oréal, Maybelline, dan NYX.

Alibaba lebih dulu mengadopsi AR dan realitas maya (virtual reality/VR) saat pesta belanja 11.11 2016. Teknologi AR kembali dihadirkan saat festival belanja serupa pada 2017.

Setahun kemudian, perusahaan asal Tiongkok itu memperkenalkan fitur untuk mencoba produk kecantikan secara virtual. Pada tahun yang sama, Alibaba menghadirkan cermin berbasis teknologi yang memungkinkan konsumen mencoba pakaian yang ingin dibeli secara virtual.

Setelahnya, Alibaba mengimplementasikan lebih banyak teknologi. Saat pandemi corona misalnya, perusahaan besutan Jack Ma ini menggunakan pesawat tanpa awak atau drone dan membuat robot logistik berbasis komputasi awan (cloud) untuk mengirim pesanan.

SINGLES-DAY/CAINIAO
SINGLES-DAY/CAINIAO (ANTARA FOTO/REUTERS/Aly Song/hp/cf)

Pesaingnya yakni JD.Com juga menggunakan drone dan robot untuk mengirim pesanan selama pagebluk Covid-19.

Di Amerika Serikat (AS), Amazon juga sudah menerapkan toko tanpa kasir yakni Amazon Go sejak awal 2018. Pengguna hanya perlu memindai aplikasi pada ponsel, sehingga semua barang yang dibeli akan terekam dan langsung dihitung biayanya. Pembayaran juga dilakukan secara otomatis.

RFID Amazon Go
RFID Amazon Go (Amazon.com)

Nasdaq memperkirakan, teknologi seperti AR dan VR, perdagangan sosial (social commerce), dan pengiriman menggunakan drone akan menjadi tren dalam jangka panjang. “Ini mempersempit kesenjangan belanja online dengan secara langsung,” demikian dikutip, Senin lalu (26/10).

Apalagi, penggunaan layanan e-commerce meningkat selama pandemi virus corona. Begitu juga di Indonesia, sebagaimana tecermin pada Databoks di bawah ini:

Berdasarkan laporan AppsFlyer bertajuk ‘The State of Shopping App Marketing 2020 Edition’, konsumen Indonesia menghabiskan waktu di platform e-commerce meningkat 70% selama Februari-Juni.

Selain itu, Facebook dan Bain & Company memperkirakan bahwa nilai transaksi belanja online di Indonesia hampir US$ 72 miliar atau sekitar Rp 1.047,6 triliun pada 2025. Angka ini melonjak dibandingkan proyeksi awal US$ 48 miliar.

Cek juga data ini

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...