Investor Ungkap Alasan E-Commerce Marak PHK Usai Untung Berkat Pandemi
Startup e-commerce marak melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) tahun ini. Padahal sektornya termasuk yang diuntungkan oleh pandemi corona sejak awal 2020.
E-commerce yang melakukan PHK di antaranya Shopee Indonesia, Tanihub, JD.ID, Beres.id, Bananas, GoTo (Tokopedia), dan Sirclo. Beberapa di antaranya juga menutup layanan.
Co-Founder sekaligus Managing Partner di Ideosource dan Gayo Capital Edward Ismawan Chamdani menyampaikan, pasar sedang terkoreksi cukup dalam secara global. “PHK memang harus dilakukan,” kata dia kepada Katadata.co.id, Rabu (23/11).
Efisiensi yang bisa dilakukan bukan hanya PHK. Namun, “intinya dalam kondisi cash-crunch seperti sekarang, perusahaan mengutamakan kelangsungan bisnis dengan mengamankan posisi arus kas,” ujar dia.
Sedangkan terkait e-commerce kilat alias quick commerce seperti Bananas dan HappyFresh, menurutnya sub-sektor ini terpengaruh kondisi ekonomi. Apalagi sektor ini baru mulai,” tambah dia.
Quick commerce merupakan salah satu sektor yang ramai mendapatkan pendanaan pada awal tahun ini. Namun, startup di sektor ini justru menutup layanan dan ada yang memangkas jumlah pegawai.
No | Startup | PHK Pegawai | Tutup Layanan | Pivot |
1 | TaniHub | PHK pada Februari | Tutup operasional warehouse atau pergudangan di Bandung dan Bali pada Februari | Setop business to consumer (B2C). Berfokus di business to business (B2B) |
2 | Brambang | - | Tutup platform Brambang.com pada Mei | Membuat layanan baru bernama BrambangElektronik |
3 | Sayurbox | Dikabarkan PHK pada Juli | Tutup toko offline Toko Panen pada Juni | - |
4 | HappyFresh | - | Tutup layanan di Jakarta pada awal September dan kembali membuka operasional pada akhir September atau setelah meraih pendanaan | - |
5 | Bananas | PHK pada Oktober | Tutup layanan pada Oktober | Membuat layanan baru, namun belum diumumkan |
Sumber: Data diolah Katadata.co.id
Padahal sektor itu masif disuntik modal oleh investor. Rinciannya sebagai berikut:
No | Waktu | Startup | Nilai | Investor |
1 | Januari | KedaiSayur | US$ 3,5 juta (Rp 50 miliar) | Angel Investor atau investor individu |
2 | Februari | Bananas (quick commerce) | US$ 1,5 juta (Rp 21,5 miliar) | East Ventures, SMDV (Sinar Mas), ARISE, MDI Ventures (Telkom), angel investor |
3 | Maret | Sayurbox | US$ 120 juta (Rp 1,7 triliun) | Northstar dan Alpha JWC Ventures, International Finance Corporation (IFC), Astra, Syngenta Group Ventures, serta Global Brain, dan beberapa investor |
4 | Mei | Astro (quick commerce) | US$ 60 juta | Accel, Citius, Tiger Global, Sequoia Capital India, AC Ventures, Global Founders Capital, Lightspeed |
5 | Juni | Dagangan | US$ 6,6 juta | BTPN Syariah Ventura, Monk's Hill Ventures, CEO Payfazz Hendra Kwik |
6 | Juli | KedaiSayur | n/a | Kejora – SBI Orbit, Triputra |
7 | September | HappyFresh | n/a | Genesis, Innoven, dan Mars |
Sumber: Data diolah Katadata.co.id
“Bananas dan HappyFresh terpengaruh kondisi makroekonomi, apalagi dengan sektor yang baru saja dimulai seperti quick commerce,” kata Edward.
“Path to profitability masih lama dan playground-nya bagi para modal ventura bisa saja bukan mencapai keuntungan namun merger dan akuisisi. Sedangkan kondisi merger dan akuisisi saat ini belum jelas satu sampai dua tahun ke depan,” tambah dia.
Hal senada disampaikan oleh Ketua Asosiasi Modal Ventura untuk Startup Indonesia (Amvesindo) Eddi Danusaputro. “Sebab, saat situasi ekonomi menantang, orang mengurangi belanja online kecuali untuk yang kebutuhan primer,” kata dia.
Ia mengatakan, perusahaan rintisan menghadapi beberapa tekanan seperti penurunan traction atau revenue, didorong untuk untung, dan sulit meraih pendanaan. Alhasil mereka melakukan efisiensi.
Ada beberapa cara yang bisa dilakukan oleh startup, yaitu:
- Pengurangan anggaran atau bujet pemasaran
- Mengurangi peluncuran fitur produk
- Menunda ekspansi dan PHK