TikTok Dilarang Jualan, Pedagang Diramal Beralih ke Shopee, Tokopedia
TikTok dilarang memfasilitasi transaksi jual beli per Rabu (27/9). Analis memperkirakan para pedagang akan beralih ke Shopee dan Tokopedia.
Indonesia merupakan pasar terbesar kedua bagi TikTok setelah Amerika Serikat. Rincian jumlah pengguna aplikasi milik Bytedance itu dapat dilihat pada Databoks di bawah ini:
Analis menilai, langkah pemerintah membatasi TikTok menjadi pukulan besar bagi perusahaan asal Cina itu.
“Aturan ini dapat menimbulkan gesekan signifikan bagi pengguna TikTok, sehingga berdampak negatif pada pengalaman pengguna,” kata Analis Riset Senior di Phillip Securities Research Jonathan Woo dikutip dari CNBC Internasional, Jumat (30/9).
“Dalam waktu dekat, penerima manfaat utama dari peraturan ini adalah pemain e-commerce yang sudah ada seperti Shopee dan GoTo,” kata Woo.
Pemilik toko pakaian perempuan Nara Fashion di Tanah Abang, Nadya, 22 tahun misalnya, selama ini berjualan secara live streaming di TikTok Shop. Namun dia juga memiliki toko online di Shopee.
“Live streaming di TikTok saja sudah lelah. Jadi tidak sempat live streaming di Shopee,” kata Nadya kepada Katadata.co.id, dua pekan lalu (16/9).
Jika TikTok tidak menyediakan layanan e-commerce, Nadya akan berfokus melakukan live streaming di Shopee. “Mungkin pindah ke Shopee kalau TikTok dilarang,” katanya.
Sementara pemilik toko pakaian di Central Tanah Abang Vania tak sepakat jika TikTok ditutup. Ia lebih berharap pemerintah mengatur harga barang di e-commerce, supaya tidak jauh lebih murah dibandingkan offline.
Kepala Penelitian Telekomunikasi, Media dan Teknologi di DBS Bank Sachin Mittal menyampaikan sebagian besar pembelian di TikTok merupakan belanja impulsif. “Regulasi untuk memisahkan media sosial dan e-commerce mungkin menyebabkan tingkat drop-out yang tinggi,” katanya dalam laporan.
“Bahkan jika mereka dapat memperoleh lisensi terpisah, beroperasi sebagai aplikasi e-commerce mandiri mungkin masih menjadi tantangan,” Mittal menambahkan.