Sasar UMKM, Dirut Baru Beberkan Rencana BRI Miliki Fintech
Direktur Utama Bank Republik Indonesia (BRI) yang baru yakni Sunarso membeberkan keinginannya untuk membuat perusahaan teknologi finansial (fintech) di bidang pengkreditan, tabungan, hingga pembayaran. Rencana tersebut dilakukan guna melayani sebanyak mungkin nasabah dengan biaya operasional murah.
Rencana ini ia ungkapkan setelah dirinya telah resmi diangkat menjadi Direktur Utama oleh Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) hari Senin (2/9). Sunarso mengatakan adanya fintech merupakan bagian digitalisasi untuk mempemudah akses Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM). Namun skema pembentukannya saat ini masih dipikirkan.
“Bisa ditempatkan di anak perusahaan, bisa memiliki sendiri atau kolaborasi," ujarnya di Gedung BRI, Jakarta, Senin (2/8).
(Baca: Perombakan Besar: Sunarso dan Catur Pimpin BRI, 4 Direktur Diganti)
Meski demikian, fintech ini nantinya bukan yang pertama kalinya dimiliki BRI dan anak usahanya. Februari lalu, PT BRI Agro Tbk. telah meluncurkan aplikasi bernama Pinjaman Tenang (Pinang). Dalam platform ini, persetujuan kredit untuk nasabah dapat dilakukan hanya sepuluh menit. Sedangkan plafon pinjaman ini adalah Rp 20 juta dengan tenor pinjaman satu bulan hingga 12 bulan.
Dari sisi kinerja, akhir Juni 2019, penyaluran Kredit Usaha Rakyat (KUR) BRI kepada UMKM mencapai Rp 50,29 triliun kepada lebih dari 1,2 juta debitur. Capaian itu setara dengan 57,8% dari target KUR yang diberikan kepada BRI oleh Pemerintah di 2019 sebesar Rp 86,97 triliun.
Ada pun BRI membukukan laba bersih secara konsolidasi pada semester I 2019 sebesar Rp 16,16 triliun atau tumbuh 8,19% dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu (year on year). Kendati demikian, capaian pertumbuhan laba tersebut lebih lambat dibandingkan semester I 2018 yang tumbuh 11%.
Terkait kinerja pada enam bulan pertama tahun ini, BRI mampu menyalurkan kredit senilai Rp 888,32 triliun. Pencapaian ini meningkat 11,84% di bandingkan penyaluran pada periode yang sama tahun sebelumnya. Penyaluran kredit BRI masih didominasi oleh penyaluran ke segmen UMKM yaitu sebesar 76,72% atau senilai Rp 681,50 triliun, tumbuh 13% year on year.
(Baca: Sunarso Calon Potensial BRI 1, Dipersiapkan Sejak Januari?)
Di sisi lain, penghimpunan dana pihak ketiga (DPK) BRI sepanjang semester I mencapai Rp 945,05 triliun atau tumbuh 12,78%. Proporsi DPK BRI masih didominasi oleh dana murah (CASA) berupa tabungan dan giro dengan komposisi mencapai 57,35%. DPK BRI juga tumbuh jauh di atas pertumbuhan DPK industri perbankan di semester I 2019 yang hanya 7,42% secara tahunan.
Catatan lainnya pada kinerja BRI pada semester I 2019 yaitu rasio kredit bermasalah (NPL) gross BRI tercatat sebesar 2,51% dengan NPL coverage 175,57%. Sementara rasio pinjaman terhadap simpanan (LDR) BRI sebesar 94%. Adapun rasio kecukupan modal bank plat merah ini berada pada level 21,04%.