Fintech P2P Lending Proyeksikan 46 Juta UMKM Jadi Peminjam di 2025

Kamila Meilina
23 Januari 2025, 07:04
Ketua Umum Asosiasi FinTech Pendanaan Bersama Indonesia (AFPI), Entjik S. Djafar menyebut, tren pertumbuhan yang positif.
Jakub Jirsak/123rf
Ketua Umum Asosiasi FinTech Pendanaan Bersama Indonesia (AFPI), Entjik S. Djafar menyebut, tren pertumbuhan yang positif.

Ringkasan

  • PT Thorcon Power Indonesia berencana membangun tujuh pembangkit listrik tenaga nuklir di Indonesia dengan tarif listrik yang diperkirakan setara dengan pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) berbahan bakar batubara, menargetkan operasi pertama reaktor nuklir di Pulau Gelasa, Kepulauan Bangka Belitung pada tahun 2031, dengan investasi mencapai Rp 17 triliun.
  • Konstruksi Thorcon Molten Salt Reactor (TSMR-500) akan dimulai di Korea Selatan pada tahun 2026. Setelah masa konstruksi, diharapkan pembangkit tersebut tiba di Indonesia pada 2028 dan mulai beroperasi pada 2031, menargetkan harga jual listrik ke PT PLN sekitar Rp 1.000 per kWh, yang dianggap setara dengan biaya produksi listrik dari PLTU batubara.
  • Pembangunan PLTN di Indonesia dianggap perlu untuk mencapai target net zero emission pada tahun 2060, dengan meningkatnya kebutuhan listrik nasional dan keterbatasan potensi maksimal penggunaan energi terbarukan lainnya seperti air, panas bumi, dan bayu untuk meningkatkan konsumsi listrik per kapita yang diharapkan mencapai 5.000 kWh pada 2050, menunjuk pada potensi nuklir sebagai sumber energi bersih yang mampu beroperasi 24 jam.
! Ringkasan ini dihasilkan dengan menggunakan AI
Button AI SummarizeMembuat ringkasan dengan AI

Industri fintech peer-to-peer (P2P) lending di tahun 2025 diproyeksikan memiliki prospek cerah. Ketua Umum Asosiasi FinTech Pendanaan Bersama Indonesia (AFPI), Entjik S. Djafar menyebut, tren pertumbuhan yang positif, sektor ini diprediksi akan memberikan kontribusi signifikan terhadap perekonomian Indonesia. 

“Terutama dalam mendukung pelaku Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) yang masih belum terlayani oleh sistem perbankan konvensional,” kata Entjik dalam acara Asosiasi Fintech Pendanaan Bersama Indonesia (AFPI) Media Gathering, di Padalarang, Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat, Rabu (22/1). 

Data Otoritas Jasa Keuangan (OJK) hingga Oktober 2024, menunjukkan penyaluran pinjaman melalui fintech P2P lending terus meningkat dengan angka yang menjanjikan. 

“Tren ini memperlihatkan bahwa masyarakat semakin percaya pada layanan P2P lending sebagai alternatif pembiayaan, terutama bagi mereka yang kesulitan mengakses kredit dari bank,” kata Entjik. 

Salah satu alasan utama cerahnya prospek P2P lending di Indonesia adalah banyaknya pelaku UMKM yang masih tergolong unbankable atau underserved. Data OJK menunjukkan masih ada 46 juta UMKM di Indonesia yang belum sepenuhnya mendapatkan akses pembiayaan dari perbankan. 

Adapun, tercatat hingga September 2024, industri ini telah menyalurkan akumulasi pendanaan sebesar Rp 978,4 triliun kepada 137,35 juta peminjam. 

AFPI mengidentifikasi lanskap UMKM sebagai peluang strategis bagi Fintech P2P Lending yaitu individu produktif yang belum terlayani. Yaitu sebanyak 132 juta individu produktif di Indonesia sekitar 71% dari populasi produktif belum memiliki akses ke kredit.

Kemudian UMKM yang belum terlayani, yaitu erdapat 46,6 juta UMKM yang belum mendapatkan akses pembiayaan dari layanan keuangan formal.

Kemudian kesenjangan kredit mencapai Rp 1.650 triliun. Serta perkiraan kesenjangan kredit untuk UMKM yang diproyeksikan mencapai Rp 2.400 triliun, yang setara dengan 56% dari total kebutuhan kredit sebesar Rp 4.000 triliun.

Reporter: Kamila Meilina

Cek juga data ini

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...