Disanksi AS, Huawei Rambah Bisnis Panel Surya - Jalan Raya Cerdas
Huawei membentuk empat unit bisnis baru untuk mengatasi dampak dari sanksi Amerika Serikat (AS). Keempatnya yakni layanan transformasi digital bea cukai dan pelabuhan, teknologi mengurangi konsumsi energi pusat data, sistem cerdas untuk jalan raya, serta industri fotovoltaik.
Teknologi fotovoltaik merupakan sektor teknologi yang berhubungan dengan aplikasi panel surya. Bulan lalu, Kepala eksekutif Huawei Ren Zhengfei menyepakati pembentukan keempat unit bisnis tersebut.
Ren juga menunjuk pimpinan di keempat unit bisnis baru tersebut. Xun Su, eksekutif yang telah bekerja di Huawei selama lebih dari 20 tahun diangkat menjadi kepala unit teknologi bea cukai dan pelabuhan.
Yang Yougui, yang sebelumnya bekerja sebagai presiden kantor regional Timur Tengah Huawei, sekarang memimpin lini bisnis efisiensi energi pusat data. Lalu Ma Yue dan Chen Guoguang masing-masing menjabat sebagai kepala unit fotovoltaik dan sistem cerdas untuk jalan raya.
Dalam pengumuman, Ren mengatakan bahwa keempat unit bisnis akan beroperasi sebagai entitas independen. "Mereka akan dapat dengan cepat mengumpulkan sumber daya untuk meningkatkan efisiensi,” kata Ren dikutip South China Morning Post, Selasa (12/10).
Ren juga memerintahkan keempat unit baru itu untuk menggali lebih dalam dan bertanggung jawab atas kesuksesan bisnis masing-masing. "Ini untuk menghasilkan lebih banyak nilai bagi perusahaan," katanya.
Pembentukan keempat unit bisnis dilakukan Huawei di tengah tekanan AS terhadap unit bisnis ponsel pintar (smartphone). Huawei masuk daftar hitam (blacklist) perdagangan AS sejak Mei 2019.
Pemerintah Negeri Paman Sam melarang korporasi bekerja sama dengan Huawei, tanpa izin. Alhasil, Google tidak dapat bermitra dengan Huawei. Perangkat Huawei pun tidak didukung sistem operasi atau operating system (OS) Android maupun Google Mobile Services (GMS) seperti Gmail, YouTube, dan lainnya.
Direktur firma riset Strategy Analytics Yang Guang mengatakan, Huawei mendiversifikasi bisnis agar tidak bergantung pada bisnis smartphone yang membutuhkan cip (chipset) kelas atas. "Industri fotovoltaik misalnya, tidak memerlukan cip canggih seperti yang digunakan pada smartphone," katanya.
Di sisi lain, pendapatan lini bisnis smartphone juga anjlok. Huawei mencatatkan penurunan pendapatan 29,4% menjadi 320,4 miliar yuan atau sekitar Rp 712,6 triliun pada kuartal pertama. Penurunan paling besar terjadi di lini bisnis konsumen yang mencakup ponsel, yakni anjlok 47% menjadi 135,7 miliar yuan.
Rotating Chairmen Huawei Eric Xu Zhijun mengatakan bahwa anjloknya pendapatan masih disebabkan oleh tekanan AS. Menurutnya, sanksi AS membuat perusahaan merugi US$ 30 miliar per tahun.
Selain diversifikasi keempat unit bisnis ini, Huawei mengembangkan teknologi rumah sakit pintar dan merambah lini bisnis lain, seperti peternakan babi dan komputasi awan (cloud). Huawei juga dikabarkan meluncurkan mobil listrik 300 ribu yuan atau US$ 46 ribu (Rp 663,6 juta).