Kembangkan Bisnis, Gojek Kerja Sama dengan Trans-Cab di Singapura
Perusahaan layanan on-demand, Gojek mengembangkan bisnisnya di Singapura dengan menjalin kerja sama dengan perusahaan taksi lokal di sana, Trans-Cab. Kolaborasi ini melibatkan lebih dari 3 ribu pengemudi Trans-Cab yang akan mendapat akses pemesanan melalui alikasi Gojek.
Sebelumnya, kedua perusahaan juga melakukan hal serupa pada Mei lalu. Melalui anak usahanya, Trans-Leasing, Trans-Cab bekerja sama di bidang persewaan kendaraan dengan Gojek.
Singapura menandai perebutan pasar internasional kedua Gojek setelah Vietnam. Co-CEO Gojek Andre Soelistyo mengatakan perusahaannya telah menyelesaikan 30 juta perjalanan di Negeri Singa sejak meluncur perdana setahun lalu.
“Ini tonggak penting yang tidak akan mungkin terjadi tanpa dukungan dari mitra pengemudi, pelanggan, dan semua orang di tim Gojek Singapura,” katanya seperti dikutip dari Tech in Asia, Sabtu (30/11).
Gojek juga telah berekspansi ke Thailand. Namun, perushaan masih berjuang untuk masuk ke Filipina dan Malaysia karena terhalang aturan di masing-masing negara itu.
Andre menjelaskan Gojek sedang mencari layanan dan fitur baru untuk para penggunanya di Singapura agar dapat bersaing dengan Grab. Beberapa pilihan yang ditawarkan, yaitu fitur transportasi dengan memilih jenis kendaraan.
CEO Trans-Cab Teo Kiang Ang menyambut baik kerja sama ini. “Kami juga menjajaki manfaat baru bagi mitra pengemudi, termasuk tarif listrik khusus dari Singapore Union Energy (induk usaha Trans-Cab),” katanya.
(Baca: Grab dan Gojek Tanggapi Prank Order Fiktif Ojek Online oleh YouTuber)
Gojek Akan Tutup Pendanaan Seri F
Gojek juga berencana menutup putaran pendanaan seri F pada Januari 2020. Menurut laporan beberapa media, perusahaan bergelar unicorn itu akan mengumpukan dana sebesar US$ 2 miliar dari pendanaan tersebut.
Gojek sebelumnya telah meraih pendanaan pada Januari lalu dari Google, JD.com, Tancent, Mitsubishi Corporation, dan Provident Capital. Tiga nama pertama merupakan investor lama perusahaan. Berapa besar dana itu tidak disebutkan. Namun, valuasi perusahaan saat itu naik menjadi US$ 9,5 miliar.
Saat memberi pidato ulang tahun pertama Gojek di Singapura, Andre mengakui kasus go public WeWork telah memicu rasionalitas di antara para investor. “Banyak yang mengatakan musim dingin akan datang. Itu sebabnya investor juga mencari perusahaan yang mencerminkan jalan jelas menuju profitabilitas,” katanya mengutip dari Deal Street Asia.
Perusahaan rintisan atau startup sewa property WeWork saat ini di ambang kebangkrutan usai gagal melepas sahamnya secara perdana (IPO). Sebelum IPO, valuasi perusahaan mencapai US$ 47 miliar, namun sekarang tinggal US$ 8 miliar saja. Investor terbesarnya , SoftBank, harus menyuntikkan dana sebesar US$ 9,5 miliar untuk menyelamatkannya dari kebangkrutan.
(Baca: Lippo Dikabarkan Jual Ovo kepada Emtek, Akan Dimerger dengan DANA?)