Google Kembangkan Artificial Inteligence untuk Penyandang Disabilitas
Artificial Inteligence (AI) menjadi salah satu upaya Google untuk mengantar teknologi kepada penyandang disabilitas. Teknologi berbasis kecerdasan buatan bakal melakukan adaptasi berdasarkan pembelajaran mesin untuk meminimalkan kendala bahasa bagi kaum difabel.
Head of Corporate Communications Google Indonesia Jason Tedjasukmana menyatakan AI membantu memecahkan berbagai masalah kemanusiaan yang kompleks. "Kami menyediakan alat, pelatihan, dan juga dana yang dapat membantu orang-orang memecahkan masalah," kata Jason di Jakarta, Selasa (14/5).
Dia menjelaskan, Google Translate menyediakan AI untuk penerjemahan teks dari kamera ponsel sebagai petunjuk jalan atau menu restoran. Fitur Asisten Google juga mampu membuat ponsel pintar memahami ucapan serta membantu pengguna dalam melakukan aktivitas sehari-hari.
Product Manager Machine Perception Google AI Research Group Sagar Savla menjelaskan fitur Live Transcribe membuat sistem pencatatan pembicaraan secara langsung dengan pengenalan suara otomatis. Fitur itu menjadi satu cara berkomunikasi untuk tunarungu dan orang yang memiliki kesulitan pendengaran.
(Baca: Google: Mayoritas Konsumen Membeli Smartphone di Toko Fisik)
Tersedia dalam 70 bahasa, Google bakal meningkatkan fitur untuk pengenalan suara lebih detail, pemisahan suara, serta penekanan pembicara. "Kami ingin orang yang tidak bisa mendengar atau kesulitan mendengar bisa berkomunikasi secara normal," ujar Sagar dalam sambungan video streaming dari Amerika Serikat.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengestimasi sekitar 466 juta orang mengalami tunarungu atau kesulitan pendengaran. Sekitar 34 juta orang merupakan anak kecil. Selain itu, sekitar satu per tiga orang berusia di atas 65 tahun mengalami kehilangan pendengaran, terutama Asia Selatan, Asia Pasifik, dan Afrika.
Sagar mengungkapkan pengembangan AI untuk Live Transcribe sistem pengenalan suara otomatis mengarah kepada ponsel pintar, terutama sistem basis Android. Dia mengklaim pengguna aktif Android saat ini mencapai dua miliar orang.
(Baca: Google Akan Luncurkan Dasbor untuk Batasi Pelacakan Online)
Pengguna Android dengan sistem operasi Lollipop sudah mampu menggunakan Live Transcribe. Rinciannya, sekitar 93% pengguna Android atau 1,8 miliar orang menggunakan Lollipop. "Sebuah pasar yang besar bagi kami tanpa mengharuskan banyak orang untuk membeli ponsel baru," kata Sagar.
Di Indonesia, Developer Students Club dari Google juga menggunakan teknologi untuk memecahkan masalah bagi penyandang disabilitas. Muhammad Rahmatullah menginisiasi aplikasi Apptune untuk mempertemukan tunanetra dengan relawan di Yayasan Pembina Tuna Netra, Makassar, Sulawesi Selatan.
Berbekal fitur Talkback dari Android, Apptune menjadi salah satu sistem untuk mencari orang-orang yang ingin membantu mengembangkan kemampuan dan minat tunanetra. Apalagi, banyak tunanetra yang kesulitan untuk membaca soal ujian.
"Teman-teman tunanetra sudah sangat fasih menggunakan smartphone, tetapi mereka masih butuh bantuan untuk belajar ketika ujian dan penggunaan hidroponik dalam bercocok tanam, kami ingin menyelesaikan masalah ini melalui teknologi," ujar Rahmat.
(Baca: Google Ikut Bantu Pemblokiran 947 Fintech Pinjaman Ilegal)