Tik Tok Hasilkan Rp 1 Triliun dari Siaran Langsung Platformnya
Aplikasi berbagi video Tik Tok saat ini telah menghasilkan USD 75 juta atau sekitar Rp 1,05 triliun dari siaran langsung (live broadcasting) di fiturnya. Perusahaan yang dikembangkan oleh Beijing ByteDance Technology ini memperoleh penghasilannya dari penjualan mata uang virtual di platformnya.
Berdasarkan KrAsia, Jumat (22/3), pengguna Duobi, mata uang virtual platform tersebut, berkontribusi pada pendapatan dan pengeluaran untuk pasar Android. Hal ini berarti bahwa pendapatan dari pembelian video dalam aplikasi ByteDance seharusnya lebih tinggi dari USD 75 juta yang diproyeksikan para analis pasar.
(Baca: Kominfo Blokir Ribuan Konten Vulgar dari Tik Tok hingga Smule)
Saat ini Duobi tersedia dalam paket senilai 100 (USD 99 sen) hingga 10.000 (USD 99,99). Pengguna Tik Tok Amerika Serikat telah menghabiskan sekitar USD 41,3 juta (Rp 587,14 miliar) atau sekitar 55 % dari total penggunaan Duobi secara global. Pengguna iOS di Tiongkok menyumbang pendapatan Tik Tok sejumlah USD 17,3 juta dan di India yang menyumbang sekitar US 3,8 juta.
Sebagai informasi, perusahaan ini juga baru mengonfirmasi bahwa mereka telah mendirikan platform pusat untuk mengintegrasikan bisnis live broadcasting mereka yang tersebar di berbagai aplikasi. Hal ini dilakukan untuk memonetisasi sektornya dengan lebih baik dan efisien, serta membantu pemilik ByteDance mencapai target pendapatan tahunannya yang mencapai RMB100 miliar (US $ 14,8 miliar) atau sekitar Rp 207,2 triliun.
Pengembang Tik Tok Geser Uber
Pada November lalu, ByteDance Technology meraih dana senilai US$ 3 miliar atau Rp 45 triliun. Valuasi perusahaan pengembang Tik Tok ini naik jadi US$ 75 miliar atau Rp 1.125 triliun. Nilai tersebut menggeser Uber sebagai perusahaan rintisan atau startup paling bernilai di dunia.
Tambahan modal itu Bytedance peroleh dari Softbank Group Corp, KKR & Co, General Atlantic, dan investor lainnya. Setelah mendapat pendanaan, ByteDance berencana memperkuat ekspansi bisnisnya di negara-negara barat.
Apalagi, aplikasi pendahulunya, yakni Musical.ly, populer di kalangan remaja di Amerika Serikat (AS) dan Eropa. Namun, aplikasi tersebut ditutup dan penggunanya dipindahkan ke Tik Tok.
(Baca: Kominfo Buka Blokir Tik Tok)
ByteDance mengatakan, pengguna aktif bulanan (MAU) Tik Tok mencapai 500 juta orang. Sebanyak 300 juta orang di antaranya berada di negara asalnya, Tiongkok.
Adapun pendapatan ByteDance mencapai US$ 2,5 miliar atau Rp 37,5, triliun pada 2017. Tahun berikutnya, perusahaan menargetkan pendapatannya naik menjadi US$ 7,2 miliar atau Rp 108 triliun. Meski begitu, pengembang aplikasi hiburan ini belum menghasilkan laba.