Beda dengan Jakarta, Ojek Online Tak Parkir Liar di Stasiun Depok Baru
Keberadaan parkir liar ojek online menjadi masalah di Jakarta. Pada beberapa stasiun Kereta Rel Listrik (KRL) seperti Palmerah atau Kebayoran Lama, deretan motor ojek online yang parkir di badan jalan kerap menimbulkan kemacetan. Pemandangan serupa juga kerap dijumpai di dekat pusat keramaian, seperti pasar, mal, hingga kompleks sekolah.
Toh, masalah itu bukan tanpa jalan keluar. Berada di satelit Ibu Kota, Stasiun Depok Baru punya shelter ojek online yang dibangun secara mandiri. "Kami buat shelter atas izin dan bantuan warga," kata Anes, seorang pengemudi Go-Jek yang merupakan anggota salah satu komunitas inisiator Shelter Ojek Online Stasiun Depok, Selasa (17/7).
Menurutnya, shelter itu dibangun pada Februari 2018 lalu pada lahan milik PT Kereta Api Indonesia (KAI). Berada di sisi barat stasiun, shelter tersebut mampu menampung hingga 100 motor. Ada sekitar 2 ribu pengemudi ojek online yang tercatat menggunakan shelter tersebut. Sebanyak 1.700 di antaranya merupakan anggota 65 komunitas yang tergabung dalam keluarga besar pengemudi ojek online Stasiun Depok Baru.
Berbagai fasilitas tersedia di sana. Area tunggu penumpang dilengkapi atap dan kursi, stop kontak untuk pengisian baterai ponsel, tempat ibadah, toilet, hingga bangku dan amben agar pengemudi ojek online bisa beristirahat. Di dalam shelter juga tersedia warung makan.
(Baca: Go-Jek dan Grab Diminta Bekukan Akun Pengemudi yang Parkir Liar)
Untuk menggunakan shelter ini, pengemudi ojek online dikenakan Rp 2 ribu untuk sehari penuh. Sementara untuk anggota tetap, biaya yang dikenakan hanya Rp 15 ribu per bulan. Uang ini akan dikelola oleh pengurus yang terdiri dari perwakilan komunitas ojek online dan warga RW 13, RW 19, dan RW 2 Kelurahan Depok yang mendukung pembangunan shelter.
Henny, salah seorang penumpang Go-Jek yang menunggu di shelter tersebut pun senang karena tak perlu berjalan jauh untuk mendapat layanan ojek online. Ia berharap, shelter serupa dibangun di stasiun-stasiun lainnya dan pusat perbelanjaan guna memudahkan konsumen ojek online. "Tidak panas. Pesan mudah," ujar Anes.
Belakangan, perusahaan aplikator, yakni Grab dan Go-jek turut mendukung keberadaan shelter ini dengan menambah fasilitas seperti tenda hingga papan nama. Kedua aplikator memang menyediakan shelter untuk membantu operasional mitra pengemudi mereka di beberapa lokasi.
Go-Jek misalnya memiliki beberapa shelter di pusat perbelanjaan di DKI Jakarta seperti di Senayan City, Plaza Indonesia, Pacific Place, Kuningan City, dan Mall of Indonesia. Hanya, keberadaan shelter di dalam area mal ini kurang disukai pengemudi karena akan menambah biaya. "Lebih baik di luar mall," ujarnya.
Sementara itu, Grab sudah menyediakan shelter khusus bagi mitranya di Jalan Daan Mogot, kilometer 12 Nomor 10, Cengkareng Timur, Jakarta Barat. Melalui fasilitas tersebut, pengemudi memeroleh layanan mushola, wi-fi, pengisian baterai ponsel, tempat istirahat, dan toilet secara gratis. Ada juga layanan berbayar seperti kantin, cuci motor, dan pijat.
(Baca juga: Telkomsel Beri Paket Khusus untuk Pengemudi Go-Jek dan Grab)
Untuk area parkir tidak dikenakan biaya selama dua jam pertama. Setelahnya dikenakan biaya Rp 2 ribu per jam. GrabBike Lounge ini beroperasional setiap hari, sejak pukul 9 pagi hingga 9 malam. "Sayang, letaknya terlalu jauh (dari konsumen)," ujar pengemudi Grab Bike Hendrik Ferdinand.
Selama ini, ia beristirahat dan menunggu pesanan di tempat berkumpul komunitas (basecamp). Menurutnya, basecamp ojek online tersebar di banyak tempat. Paling banyak berada di kawasan Kuningan. Menurutnya, tempat berkumpul ataupun shelter seperti ini sangat dibutuhkan pengemudi ojek online. Ia pun berharap aplikator akan memperbanyak jumlah shelter.
Sebelumnya, Vice President Corporate Communications Go-Jek Michael Reza Say mengatakan, perusahaannya bakal menambah shelter bagi mitra. "Ke depannya kami akan terus menyesuaikan dengan arahan pemerintah dan menambah shelter di titik-titik ramai di Jakarta," ujarnya.