Kominfo Temukan Kuis Serupa Cambridge Analytica di Facebook Indonesia
Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) mengirim surat peringatan kedua kepada Facebook Indonesia. Sebab, Facebook belum menyerahkan audit terkait kebocoran data pengguna Indonesia dalam kasus Cambridge Analytica. Apalagi, pemerintah menemukan beberapa kuis kepribadian yang dapat digunakan sebagai modus pencurian data pada platform Facebook di Indonesia.
Surat Peringatan Kedua itu ditandatangani Direktur Jenderal Aplikasi Informatika Semuel Abrijani Pangerapan. “Sudah dikirimkan hari ini,” kata Semuel, (10/4).
Surat itu berisi peringatan agar Facebook Indonesia segera menjelaskan penyalahgunaan data pribadi pengguna Indonesia oleh pihak ketiga. Penjelasan yang diminta mencakup hasil audit atas fitur yang dikembangkan oleh pihak ketiga.
Laporan hasil audit dibutuhkan untuk menakar potensi masalah yang timbul akibat fitur yang dikembangkan mitra Facebook. Sebab, Kominfo mendapat informasi soal adanya perusahaan yang menggunakan modus mirip Cambridge Analytica, yakni CubeYou dan AgregateIQ.
(Baca juga: Tujuh Isu Besar Ekonomi Digital: Keamanan Data hingga Logistik
Kominfo pun mendesak Facebook menutup fitur kuis kepribadian pada platform-nya. Sebab, perusahaan-perusahaan itu diduga membuat kuis kepribadian yang berpotensi disalahgunakan untuk memperoleh data pribadi pengguna.
Facebook juga diminta memastikan jaminan perlindungan data pribadi sesuai dengan Peraturan Menteri Komunikasi dan Informatika Nomor 20 tahun 2016 tentang Perlindungan Data pribadi dalam Sistem Elektronik.
Sebelumnya, Kementerian Kominfo sebelumnya telah memberikan Surat Peringatan Pertama (SP I) pada tanggal 5 April 2018 yang isinya meminta agar menjamin perlindungan data pribadi, memberikan hasil rencana audit aplikasi dan fitur yang dikembangkan oleh mitra dan menutup aplikasi atau fitur kuis personality test yang berhubungan dengan Kasus Cambrigde Anaytica.
Pemerintah pun telah menerima dua surat jawaban resmi dari Facebook. Namun Kominfo menilai penjelasan dari pihak Facebook masih kurang memadai.
(Baca juga: Pemerintah Cermati Keamanan Data Nasabah Fintech dan E-Commerce)
Sebelumnya, Facebook mengakui pencurian data 87 juta pengguna, termasuk sekitar 1 juta dari Indonesia. Pelakunya, Cambridge Analytica, mencuri data dengan memanfaatkan fitur kuis kepribadian yang dikembangkan oleh seorang peneliti dari Universitas Cambridge, Aleksandr Kogan.
Kuis tersebut diujikan pada sekitar 270 ribu pengguna. Namun tanpa disadari, Cambridge Analytica juga memanen data puluhan juta pengguna dari jaringan perkawanan peserta kuis tersebut. Data inilah yang kemudian dijadikan bahan kampanye untuk pemenangan Presiden Amerika Serikat Donald Trump.