Kemenpar Kembangkan Wisata Digital Lewat 1001 Spot Instagramable
Pemerintah mulai menyadari potensi pengembangan wisata melalui ‘destinasi digital’, yakni tujuan pariwisata yang bisa viral di media sosial, terutama di Instagram. Menteri Pariwisata (Menpar) Arief Yahya pun mendorong pembangunan spot instagramable di obyek-obyek wisata di Tanah Air.
"Ciptakan 1.001 spot foto yang melahirkan banyak impressions. Ketika orang berdiri di sana, 360 derajat plus atas, plus bawah, penuh dengan objek foto. Jadi ciptakan sudut menarik untuk kamera,” ujar Arif dalam keterangan persnya, Senin (12/3) kemarin.
Arif berharap, destinasi digital bisa menciptakan sensasi gambar dan suasana yang tidak ada di tempat lain. Sebab semakin eksklusif tempat wisata tersebut, masyarakat akan semakin tertarik. "Kondisi saat ini adalah esteem economy, anak muda zaman now butuh pengakuan di sosial media, semua bisa didapat di destinasi digital,” tutur dia.
(Baca juga: Kominfo Bahas Usulan Nyepi Tanpa Internet di Bali dengan Kemenag)
Ia mencatat, sudah ada beberapa destinasi wisata yang terkenal karena media sosial. Di antaranya, Pasar Pancingan, Lombok; Pasar Mangrove, Batam, Kepulayan Riau; Pasar Karetan, Kendal, Semarang; Pasar Siti Nurbaya, Padang; Pasar Tahura, Lampung; Pasar Kaki Langit, Yogyakarta; serta Pasar Baba Boen Tjit, Palembang.
Kementerian Pariwisata mengusung Digital Destination & Nomadic Tourism dalam Rapat Kerja Teknis Pra Rapat Koordinasi Nasional (Rakornas) 2018. Tema ini diambil seiring dengan adanya data bahwa 63% dari seluruh aktivitas perjalanan, mulai dari mencari informasi, dan pembelian tiket dilakukan secara online.
Lalu, berkaitan dengan tema Nomadic Tourism, ia merasa perlu dibuat akomodasi yang bisa berpindah-pindah. Alasannya, karena wisatawan ini umumnya ingin menikmati tempat-tempat unik, serta mendalami kebudayaan dan kebiasaan daerah yang mereka datangi.
Salah satu tujuan wisata yang cocok dengan jenis wisata ini, kata dia, adalah Danau Toba. Wilayah ini menyajikan atraksi menarik serta memiliki danau vulkanik terbesar di dunia atau sering disebut super volcano caldera. Aksesibilitasnya juga sudah lebih mudah dengan adanya Bandara Silangit berskala internasional. Sayangnya, destinasi ini masih tertinggal dari sisi amenitas seperti hotel, resort, atau kafe.
(Baca juga: Ekonomi Kreatif Hadapi Masalah Produksi hingga Ekspor Tak Merata)
”Solusi tercepatnya dengan membangun amenitas yang sifatnya bisa dipindah-pindah. Bentuknya bermacam-macam, bisa akomodasi berupa karavan atau hotel di atas mobil. Hotel karavan ini bisa berpindah harian atau mingguan, untuk mencari spot-spot terindah di suatu destinasi wisata,” kata dia.
Untuk bisa merealisasikan nomadic tourism, Kementerian Pariwisata akan menjadikan kawasan wisata Danau Toba sebagai pilot project dan ditargetkan untuk ground breaking pada 2 April 2018. Destinasi selanjutnya yang akan menyusul yakni Borobudur, Labuan Bajo, Wakatobi dan Raja Ampat.