UBS Galang Pendanaan Startup Teknologi

Muchamad Nafi
6 Maret 2018, 07:00
Digital fintech
Arief Kamaludin | Katadata

Perkembangan teknologi yang pesat tak lewat dari perhatian UBS Indonesia. Bank tersebut melihat ada tren pertumbuhan baru pada perusahaan rintisan atau startup untuk internet. Banyak perusahaan yang secara signifikan mengadopsi teknologi pada kegiatan operasionalnya.

Karena itu, menurut Head of Corporate Clients Solution UBS Indonesia Agung Prabowo, UBS aktif menggalang dana untuk perusahaan teknologi. “Baru-baru ini kami membantu keuangan salah satu platform transportasi regional dan salah satu agensi travel online terkemuka,” kata Agung di Jakarta, Senin (6/3/2018).

Melihat pentingnya pergerakan di sektor ini, dalam tiga hari terakhir UBS menggelar konferensi tahunan. Topik utama yang diusung yakni “Innovation in Today’s Digital Eeconomy”. Rencananya, pertemuan tersebut dihadiri sekitar 55 perusahaan dan lebih dari 160 investor dari seluruh dunia.

(Baca juga: Cerita Rudiantara Soal Sulitnya Ajak Unicorn Indonesia Go Public)

Country Head of UBS Indonesia Joshua Tanja mengatakan, sebagai bank global, UBS memberi akses kepada para kliennya untuk berinteraksi antara emiten dan para pemodal institusi. Apalagi, tahun ini UBS sedang berfokus pada prospek pasar saham dan perkembangan makro mengingat volatilitas pasar global  sekarang.

“Mengingat pertumbuhan ekonomi digital yang semakin cepat, konferensi ini juga membahas bagaimana bisnis di Indonesia dapat memanfaatkan teknologi,” ujar Joshua. “Kami yakin investor akan menemukan tema investasi jangka pangjang yang relevan.”

Keyakinan makin pesatnya laju ekonomi digital ini didasari pada proyeksi pertumbuhan Indonesia yang makin membaik pada 2018. Menurut Edward Teather, Senior ASEAN Economist UBS Investment Bank, ekonomi Indonesia bakal bergerak positif. Bahkan, dia memperkirakan pertumbuhan PDB riil  5,6 – 5,7 persen, lebih tinggi dari asumsi APBN 2018 yang di level 5,4 persen.

Beberapa faktor yang menjadi dasar pertimbangan UBS di antaranya investasi makin kuat yang didorong oleh pertumbuhan kredit yang membaik. Harga komoditas yang mulai pulih juga dapat memicu pertumbuhan konsumsi, “Yang saat ini masih menjadi titik lemah dalam pemulihan ekonomi Indonesia,” kata Edward.

(Baca pula: Daya Beli Melemah, Rata-rata Penjualan Gerai Matahari Turun 1,2%)

Pertimbangan lainnya yaitu tingkat inflasi yang cenderung masih rendah. Faktor makro lainnya terkait defisit transaksi berjalan yang relative dapat dikendalikan. “Dan lemahnya dolar Amerika akan secara bertahap memulihkan nilai tukar rupiah.”

Reporter: Hari Widowati
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...