Pemerintah Target Prototipe Vaksin Corona Buatan RI Rampung Maret 2021
Kementerian Riset dan Teknologi (Kemenristek) menargetkan, prototipe vaksin virus corona buatan Indonesia rampung pada Maret 2021. Proses pengembangannya lama, karena virus penyebab Covid-19 dinilai kompleks.
Vaksin tersebut dikembangkan oleh tim Konsorsium Covid-19 yang terbentuk pada Maret lalu. Tim ini terdiri dari perwakilan kementerian dan lembaga terkait, perguruan tinggi, dan industri.
Berdasarkan perkiraan Lembaga Bio Molekuler (LBM) Eijkman menggunakan metode penelitian protein rekombinan, pengembangan bibit atau prototipe vaksin virus corona butuh waktu setahun. "Sekitar Maret-April 2021 rampung,” ujar Menristek Bambang Permadi Soemantri Brodjonegoro saat mengikuti wawancara secara virtual, Rabu (27/5).
Setelah prototipenya rampung, maka akan diproduksi massal. Kendati begitu, Bambang menilai bahwa memproduksi dan mendistribusikan vaksin virus corona sama sulitnya dengan pengembangan.
(Baca: Tiongkok Mulai Berhasil, 7 Negara Ini Juga Kembangkan Vaksin Corona)
Apalagi, jumlah penduduk Indonesia mencapai 260 juta lebih. “Jadi, kami harus mempersiapkan itu juga,” kata Bambang.
Saat ini, para peneliti lokal dan global juga masih mencari tahu secara detail terkait jenis virus penyebab Covid-19. Varian ini akan menentukan karakter vaksin dan khasiatnya, yang kemungkinan berbeda-beda di setiap wilayah.
"Ini yang sebenarnya menjadi tantangan bagi para peneliti vaksin di seluruh dunia,” katanya. Pertama, pengembangan vaksinnya. Kedua, apakah vaksin hanya untuk jenis virus tertentu atau bisa untuk semua jenis Covid-19.
(Baca: Menristek: Corona Punya Daya Tular 20 Kali Lebih Kuat Dibanding SARS)
Untuk menjawab kedua pertanyaan itu diperlukan pengurutan keseluruhan genom atau Whole Genome Sequencing (WGS). Melalui WGS, LBM Eijkman akan mendapatkan informasi secara rinci mengenai jenis virus corona yang ada di Indonesia.
"Ketika nanti ada pengembangan vaksin corona di negara lain, maka kita juga bisa mengecek apakah vaksin itu dapat dipakai di Indonesia," ujar Bambang. Karena itu, pemerintah dan swasta mau tak mau harus mengembangkan vaksin sendiri.
LBM Eijkamn sudah menemukan tujuh genom, sementara Universitas Airlangga dua genom. Penemuan ini juga telah masuk Global Initiative for Sharing All Influenza Dat(a (GISAID) atau platform data virus influenza global.
(Baca: Jokowi Puji Eijkman yang Temukan 7 Genom Virus Corona)
Bahkan, Eijkman menargetkan bisa menemukan 100 WGS. Dengan begitu, mereka bisa mendeteksi jenis-jenis virus corona yang beredar di Tanah Air.
Kabar baiknya, tim Konsorsium Covid-19 didukung berbagai pihak baik swasta maupun BUMN dalam pengembangan vaksin dan teknologi untuk mengatasi pandemi corona. Produksi ventilator misalnya, didukung industri pertahanan BUMN dan perusahaan swasta.
Lalu, alat uji (test kit) dan PCR dikembangkan oleh PT Biodarma dan salah satu perusahaan swasta. "Juni ini kami targetkan bisa memproduksi alat rapid test dan PCR, 50 sampai 100 ribu unit. Lalu ventilator 200 sampai 300 unit per minggu per pabrik," ujar Bambang.
(Baca: East Ventures Himpun Rp 10 M untuk Produksi 100 Ribu Alat Uji Covid-19)