Lawan Hoaks, Halodoc Kampanyekan #TanyaDokterAsli
Peredaran kabar bohong (hoaks) mengenai kesehatan selama periode Agustus 2018-Februari 2019 merupakan yang kedua terbanyak di Indonesia setelah hoaks politik. Perusahaan rintisan (startup) teknologi kesehatan, Halodoc, menggelar kampanye #TanyaDokterAsli untuk mengedukasi masyarakat mengenai pentingnya berkomunikasi langsung dengan dokter terpercaya untuk mendapatkan informasi dan saran seputar kesehatan.
Vice President of Marketing Halodoc, Felicia Kawilarang, mengatakan Halodoc memiliki fitur "Bicara dengan Dokter" yang merupakan fitur paling populer di kalangan penggunanya. "Melalui kampanye #TanyaDokterAsli, kami ingin mengajak lebih banyak masyarakat untuk berkonsultasi dengan lebih dari 20 ribu dokter terverifikasi yang telah tergabung dalam ekosistem Halodoc," ujar Felicia dalam konferensi pers, di Jakarta, Kamis (14/11).
Ia menyebutkan, dengan kecanggihan teknologi saat ini banyak aplikasi yang menggunakan robot (bot) atau kecerdasan buatan untuk menjawab pertanyaan penggunanya. Namun, Halodoc melihat masalah kesehatan harus ditangani langsung oleh ahlinya.
Halodoc tidak sembarangan merekrut dokter ke dalam platformnya. Proses kurasi dilakukan melalui wawancara kemudian pemeriksaan lisensi para dokter. Halodoc juga memberikan pelatihan kepada para dokter mengenai cara menjawab pertanyaan pasien yang menggunakan aplikasi Halodoc. Felicia mengatakan, sebanyak 60% dokter yang ada di Halodoc memiliki pengalaman praktik lebih dari lima tahun.
Hal ini membuat aplikasi Halodoc dipercaya masyarakat. "Saat ini jumlah pengguna aktif kami telah mencapai 8 juta pengguna," kata Felicia. Angka ini tumbuh tiga kali lipat jika dibandingkan dengan jumlah pengguna pada saat Halodoc diluncurkan pada 2016.
(Baca: Resep Istri Bos Baru Gojek, Felicia Aluwi, Kembangkan Halodoc)
Mencari Informasi dari Pihak yang Kompeten
Bunga Citra Lestari (BCL), selebritas yang menjadi duta Halodoc dalam kampanye ini, mengungkapkan pengalamannya bisa berkomunikasi langsung dengan dokter melalui aplikasi tersebut. "Kalau anak demam malam-malam kan bingung. Dengan Halodoc, kita bisa berkomunikasi dengan dokter. Bisa videocall, misalnya ada ruam di kulit bisa langsung konsultasi," kata BCL.
Di era digital, ia mengaku banyak menerima informasi baik dari pencarian di Google maupun saran dari teman di berbagai grup Whatsapp. Namun, belum tentu obat atau terapi yang disarankan cocok diterapkan untuk semua orang. Oleh karena itu, ia berusaha mencari informasi dari pihak yang kompeten. Di aplikasi Halodoc, ada dokter yang siap 24 jam untuk dihubungi pengguna yang membutuhkan.
(Baca: Adu Cepat Dua Startup Menjadi Unicorn)
Menurut Felicia, 60% dokter yang ada di Halodoc adalah dokter umum sedangkan 40% sisanya adalah dokter spesialis. Saat ini, pengguna bisa bertanya langsung kepada dokter dengan gratis. "Ke depannya kalau sudah beberapa kali pakai, itu akan berbayar mulai dari Rp 10 ribu," katanya.
Fitur yang paling banyak digunakan pengguna adalah fitur bicara dengan dokter lalu fitur pembelian obat. Selain itu, ada fitur kunjungi rumah sakit dan pemeriksaan laboratorium. Felicia mengatakan, Halodoc akan menambah fitur baru untuk membuat janji bertemu dengan dokter dalam waktu dekat.
Dokter Iman Teguh Badruzzaman, salah satu dokter yang tergabung di Halodoc, menyatakan keluhan yang paling banyak disampaikan pengguna kepada dokter adalah gejala flu. Ia mengatakan, Halodoc membantu dokter yang berada di daerah untuk lebih mudah berkomunikasi dengan pasiennya. Dokter juga bisa memberitahu pasien mengenai informasi kesehatan yang benar maupun yang salah sehingga bisa menghindari hoaks.
(Baca: Gandeng IDI, Startup Halodoc Kembangkan Riset dan Inovasi Kesehatan)