Kominfo Sarankan Startup Pakai Strategi Pivot Saat Pandemi Corona

Fahmi Ahmad Burhan
9 Juli 2020, 19:24
Kominfo Sarankan Startup Pakai Strategi Pivot Saat Pandemi Corona
Ajeng Dinar Ulfiana | KATADATA
Ilustrasi, pameran startup teknologi dan inovasi industri anak negeri di Hall B JCC, Jakarta, pada Kamis (3/10).

(Baca: Okupansi Hotel Anjlok 60% Imbas Pandemi, OYO Ubah Strategi Bisnis)

Anggota Tim Pelaksana Dewan TIK Nasional (Wantiknas) Ashwin Sasongko sepakat bahwa startup harus meraba potensi setiap layanan. "Harus review proses bisnis. Apa saja yang bisa didigitalisasikan, sehingga proses lebih baik dan efisien," katanya.

Perusahaan yang menyediakan produk gim dan video memang kebanjiran permintaan selama pandemi. Namun, Ashwin mengimbau mereka untuk tetap berinovasi. “Aplikasi atau perangkat lunak (software) apa yang diperlukan saat pandemi," ujar dia.  

Berdasarkan hasil survei Katadata Insight Center (KIC), pandemi memukul banyak startup. Pada akhir tahun lalu, 74,8% perusahaan rintisan mengaku kondisinya baik. Pada Mei lalu, hanya 33% yang keadaannya baik.

"Ada migrasi dari titik hijau (baik) ke merah (tidak baik)," kata Direktur Riset KIC Mulya Amri. Survei dilakukan terhadap 139 startup di enam sektor prioritas yakni pendidikan, kesehatan, pertanian, logistik, pariwisata dan maritim.

Perubahan terjadi dari banyak sisi, baik jumlah kunjungan ke situs web maupun unduhan aplikasi yang menurun. (Baca: Kerek Transaksi Saat New Normal, Traveloka Usung Strategi Produk Baru)

Pada akhir 2019, startup yang pengunjung ke situsnya kurang dari 1.000 hanya 30%. Kini, jumlahnya naik menjadi 40%. Ini artinya, semakin banyak situs yang jumlah pengunjungnya sedikit.

Transaksi pun berkurang. Jumlah startup dengan transaksi per bulan kurang dari 1.000, naik dari 56% menjadi 67%. Ini artinya, semakin banyak perusahaan yang transaksinya minim.

Pada akhir tahun lalu, startup yang nilai transaksinya kurang dari Rp 1 miliar per bulan ada 58,9%. Jumlahnya bertambah menjadi 72% pada Mei 2020.

Jenis produk yang ditawarkan pun berubah. "Semakin sedikit perusahaan yang menawarkan banyak produk. Dalam kondisi krisis, kemampuan belanja berkurang. Jadi, startup menawarkan produk yang hanya dibutuhkan," katanya.

(Baca: Strategi Traveloka, Loket, Tiket.com Dorong Transaksi Saat Normal Baru)

Halaman:
Reporter: Fahmi Ahmad Burhan
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...