Permintaan Layanan Cloud Alibaba Naik Dua Kali Lipat saat Pandemi
Permintaan layanan basis data yang didukung komputasi awan (cloud computing) di Alibaba meningkat dua kali lipat. Raksasa teknologi asal Tiongkok ini menilai, peningkatan terjadi karena banyak perusahaan mendigitalisasikan bisnis selama pandemi corona.
President of Alibaba Cloud Database Products Business Feifei Li mengatakan, klien memanfaatkan teknologi cloud untuk mengelola data atau memanfaatkan basis data. Biasanya, ini bertujuan mempermudah pengelolaan, analisis, dan menjaga keamanan data.
Berdasarkan laporan Gartner, 75% basis data perusahaan global diperkirakan masuk dalam cakupan komputasi awan pada 2023. “Masa depan terletak pada teknologi basis data," kata Li dikutip dari siaran pers, Selasa (29/9).
Apalagi data Statista menunjukkan, pengeluaran perusahaan untuk infrastuktur teknologi informasi (IT) diprediksi meningkat 3,8% tahun ini karena pandemi Covid-19. Cloud menjadi salah satu yang diandalkan.
Li pun optimistis bahwa perkembangan komputasi awan semakin besar dalam waktu dekat. Oleh karena itu, Alibaba Cloud meluncurkan lebih banyak produk. “Kami ingin pelanggan mengikuti tren,” ujarnya.
Ia mengklaim, produk Alibaba Cloud memperkaya portofolio solusi teknologi klien. Selain itu, membantu perusahaan dalam pemrosesan, penyimpanan, manajemen, dan analisis data.
Penerapan produk basis data cloud juga diklaim dapat mengurangi biaya penyimpanan hingga 80% dibandingkan konvensional.
Bisnis cloud milik Aliaba memang tumbuh cepat selama pandemi virus corona. Pendapatannya tumbuh 59% secara tahunan (year on year/yoy) menjadi menjadi 12,3 miliar yuan pada kuartal II.
Pendapatan paling besar disumbang dari bisnis public cloud dan hybrid cloud. Public cloud adalah layanan komputasi awan yang tersedia untuk masyarakat umum, sementara hybrid yakni gabungan dari berbagai solusi.
Dari sisi produk, pendapatan utama berasal dari komputasi elastis, basis data, storage, jaringan virtualisasi, dan komputasi skala besar. Lalu keamanan, manajemen dan layanan aplikasi, analisis big data, platform mesin pembelajaran hingga Internet of Things (IoT).
Alibaba Group juga berinvestasi US$ 28 miliar atau sekitar Rp 435 triliun untuk pengembangan semikonduktor dan sistem operasi. Selain itu, membangun infrastruktur pusat data.
“Pertumbuhan laba dan cash flow yang kuat memungkinkan kami untuk terus memperkuat bisnis inti dan berinvestasi untuk pertumbuhan jangka panjang,” kata Chairman dan Chief Executive Officer of Alibaba Group Daniel Zhang.
Berdasarkan data IDC pada Juli, Alibaba Cloud merupakan penyedia layanan cloud publik terbesar di Tiongkok. Ini diukur dari pangsa pasar Infrastructure as a Service (IaaS) dan Platform as a Service (PaaS) pada kuartal I.
Namun Alibaba kalah saing dengan Amazon dan Microsoft secara global. Berdasarkan data Statista, Amazon Web Services menguasai sekitar 33% pasar.
Sedangkan Microsoft memiliki 18% dan Google 9% pangsa pasar. Sisanya mencakup Alibaba, IBM, dan perusahaan penyedia layanan cloud lainnya.