Alibaba Buat Robot Logistik Tanpa Sentuhan Berbasis Cloud saat Pandemi
Perusahaan asal Tiongkok, Alibaba Cloud meluncurkan robot logistik berbasis komputasi awan (cloud). Alat ini memungkinkan proses pengiriman barang tanpa sentuhan guna meminimalkan risiko tertular virus corona.
Robot itu dikembangkan oleh bagian dari tim riset Alibaba Group, Alibaba DAMO Academy. Peranti ini mampu mengirim 50 paket sekali pengiriman.
Perangkat tersebut juga mempunyai daya jelajah hingga 100 kilometer dalam sekali pengisian daya.
Robot akan membawa kotak bernama Cainiao berisi paket. Saat barang diletakan di luar pintu rumah, Cainiao akan mengidentifikasi pelanggan dengan teknologi pengenalan wajah (facial recognition).
President of Alibaba Cloud Intelligence Jeff Zhang mengatakan, peranti seperti itu diminati selama pandemi corona. Hal ini karena permintaan layanan e-commerce melonjak di masa pagebluk ini.
Pengiriman paket di Tiongkok misalnya, bisa mencapai 200 juta per hari. Jumlahnya diperkirakan terus melonjak hingga 1 miliar per hari dalam beberapa tahun.
"Kami melihat lonjakan permintaan pengiriman yang cepat," ujar Zhang saat peluncuran secara virtual, Kamis (17/9). Ia menilai, teknologi cloud semakin dibutuhkan di banyak sektor tahun ini.
Perusahaan juga meluncurkan komputer komputer pribadi (Personal Computer/PC) berbasis cloud. Gawai ini seukuran telapak tangan, dengan berat kurang dari 60 gram.
Perangkat itu mempunyai sumber daya cloud back-end yang terhubung dengan komputer normal. Zhang mengklaim, peranti ini dapat mengurangi waktu membuka gambar atau rendering dari 90 menit menjadi 10 menit karena memakai cloud.
Pendapatan lini bisnis cloud milik Alibaba itu pun tumbuh 59% secara tahunan (year on year/yoy) menjadi 12.345 juta yuan pada kuartal II. Utamanya disumbang dari penyediaan layanan, seperti komputasi elastis, basis data, storage, jaringan virtualisasi, komputasi skala besar.
Selain itu, penyediaan layanan keamanan, manajemen dan aplikasi, analisis berbasis big data, mesin pembelajaran (machine learning), dan Internet of Things (IoT) diminati saat pandemi.
Alibaba bahkan menginvestasikan US$ 28 miliar atau sekitar Rp 435 triliun untuk mengembangkan layanan cloud selama tiga tahun. Sebab, permintaan perangkat lunak atau software di Tiongkok melonjak selama pandemi.
General Manager Asia Pacific IBM Cloud Brenda Harvey sempat mengatakan, pandemi mempercepat transformasi digital. Beberapa sektor seperti pendidikan, bisnis, dan pemerintahan mulai mengandalkan teknologi ini untuk mengelola data.
"Krisis telah membuktikan, tanpa keraguan, bahwa cloud mendefinisikan kembali bisnis dan ekosistem secara lebih pintar," kata Harvey saat acara IBM Cloud Forum 2020.
Di bidang kesehatan misalnya, perusahaan bekerja sama dengan Queensland University di Australia untuk menganalisis virus corona dengan teknologi cloud. Data pasien Covid-19 dikumpulkan, dianalisis, dan dikategorisasi pada platform cloud.