Traveloka Gaet Anak Usaha Bank Besar di Thailand, Rambah Bank Digital?
Unicorn Traveloka mengumumkan kesepakatan dengan modal ventura asal Thailand, SCB 10X, membentuk perusahaan patungan atau joint venture bernama Trex Ventures. Keduanya akan mengembangkan produk keuangan.
SCB 10X merupakan anak usaha bank terbesar ketiga dari sisi aset di Thailand, Siam Commercial Bank (SCB). Trex Ventures nantinya berfokus menyediakan layanan keuangan di Negeri Gajah Putih.
"Yang jelas, produk dan layanan keuangan itu disesuaikan untuk memenuhi kebutuhan dan gaya hidup pelancong modern serta konsumen gaya hidup di Thailand," kata Chief Business Development and Financial Officer SCB Pitiporn Phanapha dikutip dari Nikkei Asian Review, akhir pekan lalu (26/3).
Grup SCB memang gencar mendigitalisasi berbagai layanan keuangan di Thailand. Bank sentral Bank of Thailand pun mencatat, SCB hanya mengoperasikan 850 cabang pada Februari. Jumlahnya turun dibanding akhir 2018 yakni 1.101 cabang.
SCB juga meluncurkan aplikasi pesan-antar makanan (food delivery) Robinhood pada Juli 2020. Baru-baru ini, SCB mengungkapkan rencana untuk mengembangkan platform e-commerce.
Sedangkan langkah Traveloka menggaet bank bertujuan meraih untung. "Kami yakin pasar konsumen Thailand menawarkan banyak peluang bagi Traveloka," kata President of Traveloka Caesar Indra.
Ia menilai, pasar Thailand potensial. Sebab, hanya 30% konsumen di Thailand yang memiliki kartu kredit. "Kami melihat kebutuhan layanan keuangan itu serupa dengan apa yang kami lihat di Indonesia," ujarnya.
Sebelumnya, Indra mengatakan bahwa perusahaan juga akan menyasar Vietnam. Startup ini dikabarkan dalam proses diskusi dengan calon mitra di Negeri Naga Biru.
Ekspansi ke sektor keuangan di kedua negara itu dilakukan Traveloka di tengah rencana pencatatan saham perdana alias IPO tahun ini. Indra mengatakan, perusahaan menyasar Thailand dan Vietnam, karena bisnis di kedua negara mulai pulih.
Di Negeri Gajah Putih misalnya, pasar hampir ke level sebelum ada pandemi corona. Di Vietnam, bisnis Traveloka sudah stabil karena kasus harian positif virus corona sedikit.
Oleh karena itu, startup ini menggencarkan transaksi di kedua negara tersebut. "Rencana kami berinvestasi di fintech secara besar-besaran untuk memungkinkan lebih banyak konsumen melakukan perjalanan di kawasan ini (Thailand dan Vietnam)," kata Indra dikutip dari Reuters, Februari lalu (25/2).
Produk keuangan lebih dulu tersedia di Indonesia melalui layanan bayar kemudian atau paylater. Layanan itu sudah memfasilitasi lebih dari 6 juta pinjaman.
Selain paylater, Traveloka menawarkan layanan asuransi dan manajemen kekayaan di Nusantara. Indra mengatakan, potensi bisnis fintech di Indonesia juga sangat besar. Sebab, hanya 6% dari 270 juta penduduk yang memiliki kartu kredit.
Di Indonesia, Traveloka juga mempertimbangkan untuk membeli bank guna memperluas layanan.
CEO Traveloka Ferry Unardi mengatakan, perusahaan ingin cepat berkembang. Oleh karena itu, unicorn tersebut menargetkan IPO tahun ini.
"Jika dapat melakukannya lebih cepat, kami kemudian dapat berfokus pada eksekusi dan mengembangkan perusahaan," kata Ferry dalam sesi wawancara dengan jurnalis Bloomberg, dikutip Februari lalu (16/2).
Rencananya, pada tahap awal Traveloka akan IPO di Wall Street, AS. Namun, Ferry tidak memerinci bursa saham AS yang akan dipilih yakni New York Stock Exchange (NYSE) atau Nasdaq.
Traveloka juga sudah menggaet JPMorgan Chase & Co untuk proses IPO di AS itu. Setelah AS, unicorn itu mengkaji penawaran saham perdana di Bursa Efek Indonesia (BEI).
Di bursa AS, Traveloka akan IPO lewat perusahaan akuisisi bertujuan khusus (SPAC). "SPAC sangat efisien,” kata Ferry.
SPAC dikenal juga dengan perusahaan cek kosong, karena tidak memiliki operasi apapun. Perusahaan jenis ini merupakan sarana investasi yang dibuat khusus untuk mengumpulkan dana para orang kaya.