Tersandung Audit, Grab & SPAC Tunda Merger Untuk IPO hingga Akhir 2021
Decacorn asal Singapura Grab Holdings menunda merger dengan perusahaan akuisisi bertujuan khusus (SPAC) Altimeter Growth untuk penawaran umum perdana saham (IPO) di Amerika Serikat (AS) hingga akhir 2021. Pasalnya, Grab mesti melakukan audit keuangan sesuai permintaan otoritas bursa di AS.
Saat mengumumkan merger dengan perusahaan SPAC pada April lalu, Grab memperkirakan proses merger akan rampung kuartal tiga tahun ini. "Namun, sekarang diharapkan akan selesai pada kuartal keempat tahun ini," kata Grab dalam sebuah pernyataan dikutip dari Business Times pada Rabu (9/6).
Komisi Sekuritas dan Bursa atau Securities and Exchange Commission (SEC) meminta Grab dan perusahaan lain yang ingin mengakuisi SPAC melakukan audit karena jumlah SPAC sekarang sedang melonjak di AS. Alhasil, otoritas mesti melakukan pengetatan pengawasan.
Saat ini, Grab dalam proses menyelesaikan audit keuangan untuk tahun fiskal 2018, 2019 dan 2020 sesuai persyaratan SEC. "Proses audit bisa menghabiskan waktu beberapa kuartal, terutama jika perlu bolak-balik dengan SEC atas keputusan dan kebijakan akuntansi tertentu," kata analis dari Bloomberg Intelligence Matthew Kanterman.
Diketahui, Grab Holdings Inc. berencana IPO melalui kendaraan perusahaan cek kosong, Altimeter Growth dan mendaftar di Nasdaq dengan kode saham ‘GRAB’. Berdasarkan rencana transaksi yang diajukan, Altimeter Growth dan Grab akan dimiliki penuh oleh perusahaan induk baru.
Gabungan perusahaan itu diprediksi memiliki valuasi ekuitas sekitar US$ 39,6 miliar atau setara Rp 578,4 triliun. Pada saat penutupan transaksi, gabungan perusahaan ini diproyeksi menerima US$ 4,5 miliar dalam bentuk aliran dana tunai dari investasi yang baru masuk.
Nilai itu termasuk komitmen penuh dari penawaran Private Investment in Public Equity (PIPE) lebih dari US$ 4 miliar. Nilainya meningkat karena minat investor besar.
PIPE dipimpin oleh Altimeter yang berkomitmen sebesar US$ 750 juta. Peserta lainnya yakni BlackRock, Counterpoint Global, T.Rowe Price Associates, Inc., Fidelity International, Fidelity Management and Research LLC, Janus Henderson Investors, Mubadala, Nuveen, Permodalan Nasional Berhad, dan Temasek. Terdapat pula investor dari Indonesia, yakni Djarum, Keluarga Sariaatmadja, dan Sinar Mas.
“Merupakan kebanggan bagi kami untuk dapat mewakili Asia Tenggara di pasar terbuka global,” kata Co-Founder sekaligus CEO Grab Group Anthony Tan dalam siaran pers, April lalu (13/4).
Anthony mengatakan, IPO merupakan pencapaian dari perjalanan bisnis Grab. Ini akan menjadi langkah penting seiring upaya Asia Tenggara untuk pulih dari pandemi Covid-19.
“Pandemi ini menjadi tantangan yang begitu besar bagi kami. Namun kami juga belajar untuk menjadikan bisnis lebih tangguh. Strategi superapp yang terdiversifikasi telah membantu mitra pengemudi untuk beralih ke layanan pengiriman, dan mendorong kami untuk mencapai pertumbuhan seraya meningkatkan keuntungan,” kata dia.
Keputusan Grab untuk menjadi perusahaan publik didorong oleh kinerja keuangan yang dinilai solid tahun lalu. Grab mencatatkan nilai transaksi atau GMV sekitar US$ 12,5 miliar pada 2020, atau melebihi level sebelum pandemi corona. Nilainya meningkat lebih dari dua kali lipat dibandingkan 2018.
GMV tersebut berasal dari layanan pesan-antar makanan online, ride-hailing, dan TPV untuk pembayaran dompet digital, di seluruh Indonesia, Malaysia, Singapura, Thailand, Filipina dan Vietnam.
Berdasarkan riset Euromonitor, Grab memimpin untuk kategori layanan-layanan utama di Asia Tenggara. Decacorn Singapura ini memiliki sekitar 72% total GMV untuk berbagi tumpangan (ride-hailing), 50% pesan-antar makanan, dan 23% total payments volume (TPV) layanan pembayaran dompet digital pada tahun lalu.
Founder sekaligus CEO Altimeter Brad Gerstner mengapresiasi Grab yang telah memilih Altimeter Capital Markets sebagai mitra IPO. Altimeter berkomitmen memegang saham yang dimiliki oleh sponsor selama tiga tahun. Sebanyak 10% di antaranya akan dimanfaatkan untuk dana abadi, Dana GrabForGood.