Konglomerat Mulai Doyan Bidik Startup Pertanian, Apa Motifnya?
Sejumlah konglomerat RI seperti Triputra Group hingga Sinar Mas menyuntik dana miliaran rupiah ke startup pertanian. Investor RI ungkap alasan para pengusaha kakap menginvestasikan dana besar di usaha rintisan yang bergerak di sektor pertanian.
Co-Founder sekaligus Managing Partner di Ideosource dan Gayo Capital Edward Ismawan Chamdani mengatakan bahwa konglomerat sendiri berpengalaman mengelola jutaan hektar lahan. Mereka juga melihat hal ini menjadi potensi kerja sama yang besar.
“Konglomerat melihat jutaan hektar perlu dilayani layanan startup,” katanya kepada Katadata.co.id, Selasa (11/10).
Menurutnya, ini akan menguntungkan semua pihak. Dari pada konglomerat membayar vendor, lebih baik mereka berinvestasi pada startup yang dapat disuntik dana.
"Jadi bisa mempunyai startup yang use case pertama langsung didukung oleh investornya sendiri (konglomerat),” kata Edward.
Edward menjelaskan bahwa tahap yang paling sulit adalah mencipatakan permintaan pasar. Dengan adanya sokongan dari konglomerat yang mempunyai lahan besar, berarti startup mempunyai potensi bisnis yang bisa digarap.
Dengan disokong oleh konglomerat, startup juga memiliki jaminan bahwa akan mendapatkan pesanan yang sangat besar. “Sehingga bisa melakukan Research & Development (RnD) dan inovasi yang berkelanjutan,” jelas Edward.
Menurutnya, sektor pertanian memang dibutuhkan oleh Indonesia. Terlebih, Indonesia memiliki sumber daya alam yang melimpah, potensi human capital, dan potensi industri hulu yang besar.
Sementara, bisnis konvensional masih mendominasi ekonomi Indonesia dan sangat mungkin untuk dimudahkan oleh teknologi. “Nah kalau ini terjadi,sebetulnya disrupsi ini akan mengkontribusikan digital ekonomi yang jauh lebih besar lagi kedepannya,” kata Edward.
Hal senada disampaikan oleh Ketua Asosiasi Modal Ventura Untuk Startup Indonesia (Amvesindo) Eddi Danusaputro. Menurutnya, konglomerat biasanya investasu ke startup yang bisa membantu lini bisnis mereka. “Ini akan terus terjadi,” katanya kepada Katadata.co.id, Senin (10/10).
Awal September lalu, konglomerat Triputra, Sinar Mas, dan Sampoerna berpartisipasi dalam pendanaan kepada startup rantai pasok agribisnis Gokomodo. Mereka menyuntikkan dana sebesar US$ 26 juta atau sekitar Rp 386,8 miliar ke Gokomodo.
Sinar Mas berinvestasi melalui unit bisnis modal venturanya yakni Sinar Mas Digital Verture (SMDV). Sedangkan Sampoerna melalui Sampoerna Financial.
Investor lain yang berpartisipasi yakni East Ventures, Eight Capital, K3 Ventures, startup logistik Waresix, Indogen Capital, dan Sahabat Group. Jumlah pendanaan seri A US$ 26 juta tersebut diklaim yang terbesar di Indonesia.
“Kami percaya bahwa Gokomodo memiliki potensi besar untuk meningkatkan produktivitas dan output signifikan menuju perekonomian Indonesia yang lebih baik,” ujar Co-Founder sekaligus Managing Partner East Ventures Willson Cuaca dalam keterangan pers, Selasa (6/9).
Pada Agustus (29/8), startup Aria juga meraih pendanaan sebesar US$ 5 juta atau setara Rp 74 miliar. Pendanaan ini didukung oleh Triputra Group, Michael Sampoerna, East Ventures, Arkana Ventures, GK-Plug & Play, dan beberapa lainnya.