Daftar Startup Pengumpul Makanan, Beli Makanan Diskon 50%

Lenny Septiani
28 April 2023, 12:44
startup sampah makanan, sampah makanan
Adi Maulana Ibrahim|Katadata
Pengunjung menikmati sajian di The Atjeh Connection Resto and Coffee, Jakarta. Pemerintah DKI Jakarta mengharuskan pengusaha rumah makan membatasi kapasitas maksimal 50%, larangan penyajian makanan secara prasmanan dan tetap menerapkan protokol kesehatan.

Indonesia merupakan salah satu negara penghasil sampah makanan (food loss and waste) terbesar di dunia, selain Arab Saudi dan Amerika Serikat. Ada beberapa startup yang menawarkan solusi atas masalah environmental, social, dan governance (ESG) ini.

Badan Pangan Nasional atau Bapanas mencatat sisa makanan di dalam negeri 23 - 48 juta ton per tahun selama 2000 – 2019. Nilainya Rp 213 triliun - Rp 551 triliun per tahun.

Kepala Bapanas Arief Prasetyo Adi mengatakan, pengelolaan Food Loss and Waste (FLW) berpotensi memberi makan 61 juta - 125 juta orang atau setara 29% - 47% populasi nasional. Wilayah rentan pangan di dalam negeri mencapai 74 kabupaten/kota atau 14% dari total.

Arief mengatakan, penyebab utama kerentanan pangan yakni defisit neraca pangan dan tingginya presentasi penduduk miskin di suatu wilayah. Arief menilai krisis pangan kini telah menjadi perhatian khusus pemerintah.

Berikut empat startup yang menawarkan solusi sampah makanan:

Surplus

Surplus Indonesia didirikan pada Maret 2021 oleh Muhammad Agung Saputra dan Calvin Rudolph. Aplikasi Surplus dapat digunakan untuk memesan produk makanan dan minuman overstock dari bisnis F&B dengan harga diskon 50% pada waktu tertentu. 

Platform ini dikembangkan untuk menjadi solusi dalam memaksimalkan penjualan produk overstock dari bisnis F&B agar tidak sia-sia dan hanya berakhir menjadi food waste,” ujar Co-founder & CEO Surplus Indonesia Muhammad Agung Saputra dikutip dari laman resmi pada Januari.

Surplus bekerja sama dengan Mall Sarinah, Marriott International Group, Swiss Belhotel International, Ascott Group, Artotel Groupmiddle-high F&B brandsupplier sayur dan buah, serta industri rumahan maupun UMKM. 

Surplus beroperasi di Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi (Jabodetabek), Bandung, Yogyakarta, Surabaya, Malang, dan Bali. Pengguna aplikasi aktif saat ini sebanyak 100.000 pengguna.

Startup itu didukung oleh Kemenparekraf, KemenkopUKM, Dinas PPKUKM DKI Jakarta, dan Pemda D.I.Yogyakarta. 

Kinerja Surplus selama Maret – Desember 2021 yakni:

  • Menyelamatkan 30.000 ton makanan
  • Mencegah kerugian hingga US$ 80.000
  • Mencegah potensi emisi hingga 350 ton CO2 eq

Pada Januari, Surplus memperoleh pendanaan tahap awal yang  diberikan oleh Salam Pacific Indonesia Lines (SPIL) Ventures. 

DamoGO

Ini merupakan startup teknologi yang mengoptimasi rantai pasok pangan yang berbasis di Yogyakarta. DamoGO didirikan oleh Co-Founder & CEO Lin Hwang dan Co-Founder & COO Muhammad Farras.

Perusahaan memiliki visi untuk membangun ekosistem agri-pangan yang berkelanjutan, dari pertanian ke dapur dan lebih jauh lagi. 

Startup ini fokus dalam operasi B2B, dengan mengefisienkan operasi bisnis kuliner dan memasok pangan layak berkualitas.

Aplikasi DamoGO mendukung bisnis F&B dalam mengelola supplier atau vendor dan mengatur pemesanan kebutuhan hingga pencatatan secara digital dengan simpel, efektif dan efisien.

Garda Pangan

Garda Pangan secara resmi terdaftar dengan nama Yayasan Garda Pangan pada Maret 2018. Berdiri sejak Juni 2017, dan bergerak di bidang sosial, lingkungan, dan penyelamatan makanan berlebih. 

Yayasan Garda Pangan tidak terafiliasi dengan instansi pemerintahan, golongan politik, serta agama tertentu.

Garda Pangan didirkan oleh Dedhy Trunoyudho, pengusaha katering pernikahan yang seringkali menghadapi masalah pembuangan makanan.

Perusahaan bertujuan untuk mewujudkan pengelolaan makanan berlebih berpotensi terbuang untuk berbagai tujuan sosial, lingkungan, dan ekonomi sesuai dengan food recovery hierarcy.

Garda Pangan telah menyelamatkan 425.016 porsi makanan, 26.264 penerima manfaat, dan 113 ton potensi makanan terbuang per Oktober 022.

ResQ Club

ResQ Club adalah perusahaan asal Finlandia yang menghubungkan restoran, kafe, dan toko kelontong berkelanjutan dengan konsumen yang menghargai makanan. Layanan perusahaan kini tersedia di beberapa negara Eropa.

Mitra ResQ dapat secara drastis mengurangi limbah makanan dengan layanan seluler dan web berbasis lokasi milik perusahaan, sehingga memungkinkan konsumen menemukan dan menyelamatkan kelebihan makanan di dekat mereka.

“Setiap makanan yang dibeli melalui ResQ mengurangi satu makanan yang dibuang, membantu masyarakat perkotaan untuk mengurangi sampah dan menjadi lebih berkelanjutan.” kata ResQ dikutip dari laman resmi.

Perusahaan memiliki misi untuk mengurangi limbah makanan hingga nol di restoran, kafe, dan toko bahan makanan.

Too Good To Go

Too Good To Go didirikan pada 2015 di Denmark. Startup ini menawarkan layanan B2C untuk makanan berlebih. Dengan menghubungkan pengguna dengan bisnis yang memiliki kelebihan makanan, sehingga makanan ini dapat dinikmati alih-alih terbuang sia-sia. 

Saat ini, layanan perusahaan tersedia di 17 negara, di Eropa dan Amerika Serikat.

Pengguna mendapatkan makanan lezat dengan harga terjangkau, sementara bisnis menjangkau pelanggan baru dan memulihkan biaya hangus.

Perusahaan percaya bahwa opsi berkelanjutan harus mudah, menyenangkan dan dapat diakses oleh semua orang.

“Kami juga percaya bahwa, meskipun besar dan rumit, limbah makanan adalah masalah yang dapat kita selesaikan bersama,” kata perusahaan di laman resminya.

Reporter: Lenny Septiani

Cek juga data ini

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...