Dampak ke Konsumen jika GoTo Gojek dan Grab Jadi Merger
GoTo Gojek Tokopedia dan Grab dikabarkan dalam diskusi untuk melakukan merger. Bagaimana dampaknya ke konsumen?
Komisi Pengawas Persaingan Usaha atau KPPU belum mendapatkan informasi resmi mengenai kabar merger GoTo Gojek Tokopedia dan Grab. Kedua perusahaan juga enggan menanggapi rumor.
Namun Direktur Eksekutif Institute For Development of Economics and Finance atau Indef Esther Sri Astuti menilai ada potensi monopoli atau oligopoli jika GoTo Gojek Tokopedia dan Grab jadi merger.
“Pemerintah harus menetapkan batas atas harga, atau mendorong tumbuhnya perusahaan lain untuk menjadi penyedia jasa ini,” kata Esther kepada Katadata.co.id, Selasa (13/2).
Ia juga mengungkapkan potensi dampak jika GoTo Gojek Tokopedia dan Grab jadi merger, di antaranya:
- Modal perusahaan lebih besar
- Pangsa pasar perusahaan lebih besar
- Mitra pengemudi taksi dan ojek online alias ojol, serta penjual bisa digabungkan sehingga lebih bervariasi
- Ada potensi monopoli atau oligopoli karena pemain di sektor ini menjadi lebih sedikit
- Gabungan GoTo Gojek Tokopedia dan Grab bisa menjadi price leader
- Konsumen tidak punya alternatif untuk memperoleh variasi harga dari banyak penyedia jasa ini
Hal senada disampaikan oleh Direktur Ekonomi Digital dan Ekonom Center of Economic and Law Studies alias CELIOS Nailul Huda. “Pasar yang terbentuk di angkutan sewa khusus ini memang duopoli dengan penguasaan pangsa pasar yang didominasi oleh Gojek-Grab,” ujar dia kepada Katadata.co.id, Senin (12/2).
Perusahaan taksi dan ojek online alias ojol lain seperti Maxim dan inDrive bisa memasuki pasar, namun belum tentu dapat bersaing. Nailul mencontohkan Uber yang diakuisisi oleh Grab.
Menurut dia, kekuatan utama Gojek dan Grab yakni strategi bakar uang dengan promosi terus menerus. Hal ini membuat persaingan kedua perusahaan relatif ketat.
“Dengan pangsa pasar besar atau lebih dari 80% dikuasai oleh Gojek dan Grab di Indonesia, maka merger ini bisa menghasilkan pemain tunggal dominan,” ujar dia.
Menurut dia, merger antara Gojek dan Grab seharusnya tidak diperbolehkan. Sebab, pada jangka waktu tertentu akan merugikan konsumen.
“Mereka (GoTo Gojek Tokopedia dan Grab) bisa jadi price setter dan dominan di industri. Akibatnya konsumen tidak punya kekuatan lagi,” Nailul menambahkan.
Selain itu, pesaing perusahaan seperti Maxim dan inDrive bisa kalah dalam modal dan persaingan. “Kalau satu pemain besar gelontorkan uang, ya Maxim - inDrive bisa kalah bakar uang dan mematikan Maxim dan inDrive,” ujar dia.
Sebelumnya Bloomberg melaporkan bahwa Grab dan GoTo Gojek Tokopedia telah memulai kembali pembicaraan untuk melakukan merger. Langkah ini dinilai sebagai kombinasi potensial yang bertujuan mengatasi kerugian kedua perusahaan selama bertahun-tahun akibat persaingan yang ketat.
“Kedua perusahaan, yang juga merupakan pemimpin layanan pesan-antar makanan di wilayah berpenduduk lebih dari 650 juta orang, sedang melakukan diskusi awal tentang berbagai skenario,” kata beberapa sumber Bloomberg, Jumat (9/2).
Salah seorang sumber menyatakan, salah satu opsi potensial dari merger yakni Grab yang berbasis di Singapura mengakuisisi GoTo Gojek Tokopedia dengan menggunakan uang tunai, saham, atau kombinasi keduanya.
Jika kesepakatan merger itu terwujud, valuasi kedua perusahaan ini ditaksir akan mencapai US$ 20 miliar, atau setara Rp 312 triliun dengan mengacu rata-rata kurs Rp 15.630 per dolar AS.
Menurut sumber tersebut, GoTo Gojek Tokopedia lebih terbuka untuk melakukan kesepakatan, setelah Patrick Walujo mengambil alih posisi chief executive officer alias CEO tahun lalu.