Gelar Program Inkubasi, Telkomsel Bidik Tujuh Sektor Startup
PT Telekomunikasi Selular (Telkomsel) bakal membidik tujuh sektor perusahaan rintisan atau startup yang dianggap potensial tahun ini. Seleksinya melalui program inkubasi Telkomsel Innovation Center (Tinc) angkatan kelima.
Vice President Corporate Strategy Telkomsel Andi Kristianto mengatakan, sektor pertama yang dibidik adalah teknologi periklanan atau advertising technology. Startup yang bergerak di sektor ini dianggap potensial, karena mampu menjangkau berbagai segmen konsumen.
"Sektor ini menarik bagi kami karena dapat menjadi solusi bagi pelaku usaha, baik UKM maupun korporasi besar, menjangkau segmen pelanggan yang tepat dengan biaya yang efisien dan optimal," ujar Andi dalam video conference, Selasa (7/7).
Kedua, startup yang bergerak di bidang teknologi finansial atau financial technology (fintech), dan teknologi asuransi atau insurance technology (insurtech). Alasannya, potensi fintech yang memang besar di Indonesia, dan kemungkinan kolaborasi antara startup dengan fintech pembayaran Telkomsel, yakni LinkAja.
Kemudian, startup logistik dan solusi rantai pasok (supply chain), yang menurut Andi, cukup diminati oleh perusahaan. Apalagi, sektor ini membuktikan kehadirannya memang sangat diperlukan, apalagi di tengah situasi pandemi virus corona atau Covid-19, seperti saat ini.
Keempat, startup yang fokus di bidang teknologi kesehatan atau health technology (healthtech). Terbukti, selama pandemi corona pengguna layanan telemedicine startup healthtech, seperti Halodoc dan Alodokter, melonjak.
Kelima, sektor kecerdasan buatan atau artificial inteligence (AI) dan pembelajaran mesin atau machine learning. Andi menilai, sektor ini sangat cocok untuk pengembangan teknologi yang tengah berkembang saat ini, salah satunya terkait 5G.
(Baca: Data Pelanggan Terindikasi Bocor, Kominfo Minta Operator Investigasi)
"Tapi mungkin butuh beberapa saat terkait infrastruktur, frekuensi, dan sebagainya, kami sudah mulai mengidentifikasikan itu. Di samping 5G, ada banyak produksi teknologi yang bisa digali dari AI dan machine learning," ujarnya.
Keenam, startup di bidang internet of things (IoT), karena banyak potensi pemanfaatannya bagi konsumen korporasi. Kemudian, startup di bidang teknologi pendidikan atau education technology (edutech), yang makin banyak digunakan selama pandemi corona.
Meski demikian, Andi menjelaskan, program inkubasi Tinc tetap bakal terbuka untuk startup di bidang lainnya yang memiliki model bisnis business-to-business (B2B), maupun business-to-consumer (B2C). Kriteria utamanya, adalah startup yang bisa memberikan nilai tambah bagi Telkomesl.
"Kemungkinan besar di sekitar tujuh sektor ini, tapi, siapa pun inovator yang merasa dia bisa maju dengan aset Telkomsel, dengan senang hati kami berkolaborasi," ujar Andi.
Sebagai informasi, sejak berdiri 2018 lalu Tinc telah menggaet 19 startup yang berhasil memasuki hingga tahap proses inkubasi. Program inkubasi ini, juga memberi kesempatan bagi para startup terpilih untuk bisa menjalin kolaborasi secara komersial bersama Telkomsel.
"Kami turut membuka akses masuk ke pasar pelanggan dan mitra retail Telkomsel, menghubungkan dengan investor, memberikan dukungan pendanaan, hingga melakukan pendampingan ke proses komersialisasi produk," kata Andi.
(Baca: Resep Pemerintah Mencetak Unicorn Baru di Tengah Pandemi Corona)