Dibangun di Eropa, Proyek Satelit Satria Terhindar Risiko Pandemi

Fahmi Ahmad Burhan
13 Juli 2021, 14:59
Ilustrasi Satelit SATRIA
Kominfo
Ilustrasi Satelit SATRIA

Badan Aksesibilitas Telekomunikasi dan Informasi (Bakti) Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) mengklaim proyek Satelit Satria masih berjalan sesuai target. Meskipun, lonjakan kasus Covid-19 terus terjadi, pembangunan infrastruktur satelit terus berjalan dan diyakini meluncur di 2023. 

Direktur Utama Bakti Kominfo Anang Latif memastikan bahwa pembangunan satelit tidak terhambat selama penerapan Pemberlakukan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Darurat. Dia menjelaskan, hampir seluruh infrastruktur satelit dibangun di luar negeri.

"Proyek satelit ini lebih dari 90% komponen ada di luar negeri, mulai dari pembuatan roket dan satelitnya sendiri," kata Anang kepada Katadata.co.id, Selasa (13/7).

Diketahui, pembangunan Satelit Satria menggunakan skema Kerja Sama Pemerintah dengan Badan Usaha (KPBU), konsorsium Pasifik Satelit Nusantara sebagai pemenang tender.

Konstruksi satelit multifungsi dibangun setelah penandatanganan Preliminary Working Agreement atau Perjanjian Pendahuluan. Ini dilakukan oleh badan usaha pelaksana, PT Satelit Nusantara Tiga, bagian dari konsorsium, dan pabrikan satelit Thales Alenia Space yang berada di Prancis.

Menurutnya, pihak pabrikan asal Perancis itu belum memberikan keluhan soal pembangunan satelit. "Jadinya, konstruksi masih sesuai dengan rencana semula," ujar Anang.

Sejauh ini, Thales Alenia Space sendiri sedang dalam proses perakitan satelit. Kendala pandemi sempat dihadapi oleh pabrikan, namun hanya di awal 2020 saja. Seiring dengan meredanya kasus Covid-19 di Eropa, konstruksi digelar kembali dengan lancar.

Anang mengatakan, pembangunan Satelit Satria akan berlangsung hingga 2023, atau sekitar dua tahun lagi. Pemerintah menargetkan satelit meluncur pada kuartal ketiga 2023 dan beroperasi di akhir tahun.

Direktur Infrastruktur Bakti Kominfo Bambang Nugroho mengatakan bahwa penggunaan satelit menjadi salah satu solusi untuk pemerataan akses internet di Tanah Air. “Pemanfaatan satelit tak bisa dihindari karena letak geografis Indonesia,” katanya Juni lalu.

Indonesia sebagai negara kepulauan dan memiliki banyak perbukitan, membuat beberapa lokasi tidak terjangkau jaringan telekomunikasi, khususnya berbasis kabel serat optik. Pembangunan kabel serat optik akan sulit di sejumlah wilayah. Ditambah lagi, itu akan membutuhkan biaya sangat tinggi.

Untuk itu, kementerian membangun Satelit Satria dengan kapasitas 150 GB per detik. Satelit ini akan menyediakan internet di 150 ribu titik layanan publik. Rinciannya, sebanyak 93.900 titik diperuntukkan bagi kebutuhan sekolah dan pesantren.

Selanjutnya, sebanyak 47.900 titik akan dialirkan untuk kebutuhan pemerintah daerah, 3.700 titik untuk fasilitas kesehatan, sekitar 3.900 titik untuk layanan Polsek, dan sisanya sekitar 600 titik untuk kementerian dan lembaga lainnya.

Dengan asumsi peningkatan jaringan internet di titik yang belum terkoneksi mencapai 3% per tahun, Satelit Satria diklaim mampu menghemat biaya internet hingga Rp 29 triliun dalam 15 tahun ke depan.

Adapun untuk penggunaan kebutuhan e-education, efisiensi diprediksi mencapai Rp 59 miliar selama 15 tahun. Penghematan penggunaan e-government sekitar Rp 4 triliun dari penggunaan anggaran pemerintah, serta efisiensi dari penggunaan e-healthcare diperkirakan mencapai Rp 59,3 miliar.

Reporter: Fahmi Ahmad Burhan

Cek juga data ini

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...