Dipimpin Sektor Gim, RI Diramal Masif Adopsi Metaverse pada 2023
Indonesia diramal masif mengadopsi metaverse atau dunia virtual tahun depan. Sektor gim dan busana (fashion) akan memimpin adopsi teknologi anyar ini.
Metaverse merupakan versi teranyar dari virtual reality (VR) tanpa komputer. Pengguna dapat memasuki dunia virtual menggunakan perangkat berupa headset atau kacamata berbasis augmented reality (AR) maupun VR.
Peneliti teknologi informasi dari Indonesia ICT Institute Heru Sutadi mengatakan, teknologi metaverse perlahan mulai diadopsi dan dimanfaatkan oleh sejumlah industri di Nusantara, namun masih dalam tahap pengenalan.
“Tahun depan bisa lebih masif lagi," kata Heru kepada Katadata.co.id, Rabu (19/1).
Ia memperkirakan, hampir semua sektor mengadopsi teknologi metaverse. "Namun, yang paling awal mengadopsi yakni sektor gim, busana, dan properti," kata Heru.
Heru pun menilai Indonesia perlu mematangkan ekosistem digital agar pemanfaatan metaverse maksimal. Selain itu, butuh penambahan talenta digital dan infrastruktur guna menunjang pengembangan teknologi dunia virtual.
Sebelumnya, Presiden Joko Widodo (Jokowi) menyampaikan bahwa Indonesia harus bersiap menghadapi perkembangan teknologi metaverse. Ini agar Tanah Air tidak tertinggal jauh dari negara lain.
Sebab, sejumlah raksasa teknologi global kini berlomba-lomba membangun metaverse. "Facebook berganti nama menjadi Meta, ada Epic Games, Roblox, Microsoft semua masuk ke sana," ujar Jokowi dalam Launching Akselerasi Generasi Digital di Jakarta, bulan lalu (15/12/2021).
Seiring dengan pernyataan Jokowi itu, sejumlah lembaga pemerintah gencar mengkaji metaverse. Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN) atau Bappenas misalnya, tengah menyiapkan rancangan ibu kota baru versi dunia virtual metaverse.
“Semoga dalam empat bulan kami bisa menunjukkan," kata Kepala Bappenas Suharso Monoarfa dalam rapat dengan DPR, pekan lalu (13/1).
Namun, Suharso mengatakan bahwa rencana itu tidak akan masuk dalam Rancangan Undang-Undang Ibu Kota Negara (RUU IKN). Adopsi teknologi dunia virtual ini bakal masuk dalam Peraturan Presiden (Perpres) yang lebih teknis.
Kemudian, Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) gencar mengembangkan riset terkait teknologi metaverse dengan menggaet Telkom University. Rencana awal BRIN masuk ke metaverse dengan membuat prototipe 3D hologram sebagai sarana komunikasi virtual.
Sejumlah perusahaan di Indonesia juga telah mengembangkan metaverse. WIR Group misalnya, memproduksi programming dan inovasi teknologi AR ke lebih dari 20 negara.
Perusahaan itu pun dibimbing oleh Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) serta kemitraan dengan Kementerian Investasi/Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM).
Ada juga startup asal Yogyakarta Arutala. Perusahaan rintisan berbasis teknologi VR dan AR itu berkomitmen untuk terus berinovasi, mempercepat, dan memperluas implementasi metaverse di Indonesia.
Startup direct to consumer (DTC) di bidang busana Kasual juga berencana menggunakan teknologi AR untuk membuat pengukuran tubuh secara 3D. Rencana itu dikembangkan setelah Kasual meraih pendanaan tahap awal (seed funding) yang dipimpin oleh East Ventures tahun lalu.
Sedangkan secara global, pendiri Microsoft Bill Gates memperkirakan bahwa pertemuan kantor di dunia virtual atau metaverse akan menjadi tren pada 2023 – 2024.
Bill Gates menyebut periode tren rapat di dunia virtual itu sebagai ‘tahun yang paling tidak biasa dan sulit’. Ia menilai, 2022 dan selanjutnya merupakan masa yang lebih digital.
Menurutnya, pandemi Covid-19 mendorong banyak orang beralih ke digital. Ini termasuk merevolusi tempat kerja.
Raksasa teknologi asal Cina, Baidu juga memperkirakan bahwa adopsi metaverse butuh waktu lama, yakni hingga enam tahun agar bisa hadir sepenuhnya secara global.
Presiden HTC China Alvin Graylin juga mengatakan bahwa metaverse secara penuh akan hadir dalam lima sampai 10 tahun. Namun, bagian dari produk-produk pendukungnya akan hadir lebih cepat.