Jawab Kritik, Facebook Akan Bagikan Lebih Banyak Data Iklan Politik
Induk Facebook, Meta mengatakan akan membagikan lebih banyak data target iklan politik dan sosial kepada peneliti. Facebook memang kerap dikritik karena penargetan iklan politik dan kurangnya transparansi akan hal itu.
Vice President of Business Integrity Meta Jeff King mengatakan pihaknya akan memberikan informasi mendetail untuk masalah sosial, iklan pemilu, atau politik kepada peneliti terpilih yang mendaftar pada akhir Mei ini.
Data yang diberikan mencakup kategori lingkungan hingga tempat yang sering digunakan untuk bepergian penggunanya. Kategori ini yang dipilih untuk membantu penargetan iklan individual.
Meta juga akan menyertakan ringkasan informasi penargetan untuk iklan politik, termasuk lokasi, demografi, dan minat di perpustakaan pada Juli mendatang. Perpustakaan Meta dapat menunjukkan bahwa selama 30 hari terakhir, sebuah laman menjalankan 2.000 iklan tentang masalah sosial, pemilu, atau politik.
Perpustakaan juga akan memberitahu bahwa 40% dari belanja iklan tersebut ditargetkan ke pengguna yang tinggal di Pennsylvania, Amerika Serikat (AS) atau orang yang tertarik pada politik.
"Upaya ini dilakukan untuk dapat membantu orang lebih memahami praktik yang digunakan dalam menjangkau pemilih potensial pada teknologi kami," kata King dikutip dari CNN Internasional, Senin (23/5).
Facebook memberikan data penargetan iklan kepada peneliti untuk transparansi. Ini agar para akademisi yang memenuhi syarat bisa mengetahui dampak sosial dari iklan di Facebook.
Pada tahun lalu, beberapa peneliti di New York University sempat menuduh Facebook melakukan de-platform akun mereka setelah para peneliti mencoba mempelajari iklan politik. Facebook beralasan melakukan tindakan itu karena New York University menggunakan cara yang tidak sah untuk mengakses dan mengumpulkan data.
Facebook juga telah banyak menghadapi kritik dari dalam dan luar perusahaan tentang penargetan iklan politik. Hal ini juga kerap diperdebatkan dengan hangat, terutama sebelum pemilihan Presiden AS pada 2020.
Mantan karyawan Facebook bahkan sempat mengirim surat kepada CEO Mark Zuckerberg yang memperingatkan bahwa kebijakan iklan politik mereka memungkinkan politisi untuk mempersenjatai platform-nya.
Kritikus mengatakan bahwa alat iklan Facebook yang kuat dapat membahayakan demokrasi. Kategorisasi minat pengguna media sosial tersebut terkadang digunakan sebagai proxy untuk iklan bertarget rasial.
Salah satu contohnya, Badan Riset Internet Rusia menargetkan pengguna Facebook selama kampanye pemilihan presiden 2016 mengenai isu hak sipil. Pesan-pesan itu dimaksudkan untuk menekan jumlah pemilih di kalangan pemilih kulit hitam.