Softbank Dalam Pembicaraan untuk Suntik Rp 400 triliun di OpenAI ChatGPT


Raksasa investasi asal Jepang, SoftBank, dikabarkan tengah mempertimbangkan investasi besar-besaran di OpenAI, perusahaan pengembang kecerdasan buatan yang populer dengan ChatGPT.
Dilansir dari CNBC, nilai investasi yang dibahas mencapai US$ 25 miliar atau setara Rp 406,9 triliun (kurs Rp 16.275 per US$). Jika terealisasi, SoftBank akan menjadi salah satu pendukung utama startup AI tersebut.
Sebelumnya, pada November 2024, OpenAI sempat membuka penawaran tender saham bagi karyawannya dengan nilai sekitar US$ 1,5 miliar atau Rp 24,4 triliun, yang menarik perhatian SoftBank.
Pendiri dan CEO SoftBank, Masayoshi Son, dilaporkan ingin memperoleh saham yang lebih besar setelah sebelumnya menyuntik US$ 500 juta atau setara Rp 8,1 triliun ke OpenAI dalam putaran pendanaan terakhir.
Jika kesepakatan ini berhasil, SoftBank akan semakin memperkuat posisinya di sektor AI, bersanding dengan Microsoft yang hingga kini menjadi investor utama OpenAI.
Selain rencana investasi ini, SoftBank juga telah bekerja sama dengan OpenAI dan Oracle dalam sebuah usaha patungan bernama Stargate. Inisiatif ini baru saja diperkenalkan di Gedung Putih oleh Presiden Donald Trump, dengan tujuan mengamankan miliaran dolar investasi untuk infrastruktur kecerdasan buatan di Amerika Serikat.
Dengan meningkatnya persaingan di industri AI generatif, OpenAI disebut membutuhkan modal besar dan kapasitas komputasi yang lebih kuat agar tetap kompetitif.
Model bisnis OpenAI sendiri telah berkembang dari semula sebagai organisasi nirlaba pada 2015, menjadi perusahaan berbasis keuntungan terbatas agar lebih fleksibel dalam menarik pendanaan.
Menurut investor swasta, valuasi OpenAI saat ini telah mencapai US$ 157 miliar setara Rp 2.555 triliun. Perusahaan ini memimpin ledakan AI generatif setelah meluncurkan ChatGPT pada akhir 2022, yang kemudian diikuti oleh gelombang inovasi serupa dari perusahaan lain, termasuk xAI milik Elon Musk, Google, Amazon, dan Anthropic.
Namun, belakangan OpenAI juga menghadapi persaingan dari perusahaan-perusahaan AI asal Cina, yang mulai merambah pasar AS. Salah satunya adalah DeepSeek, startup AI asal Cina yang model R1-nya diklaim memiliki kinerja impresif dengan biaya pelatihan yang lebih rendah dibanding pesaing AS.
CEO OpenAI, Sam Altman, bahkan mengomentari persaingan ini melalui akun X (Twitter) pribadinya. Ia menyebut model R1 DeepSeek ‘mengesankan’, namun tetap optimistis bahwa OpenAI dapat menghadirkan model yang jauh lebih unggul.