Ini Lima Model Bisnis Kopi Lokal Hasil Adaptasi Zaman
Saat ini terdapat setidaknya lima model bisnis minuman seduh kopi unik di Indonesia. Inovasi para pengusaha muda ini merupakan bentuk adaptasi mereka terhadap perkembangan sosial ekonomi di sekitar.
Hal itu tertuang dalam buku Kopi: Indonesia Coffee Craft and Culture yang dipublikasikan Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf). Bisnis kopi yang dimaksud ialah Kiosk Cafe, Kopi Keliling, Kopi Tuku, Upnormal Coffee Roasters, dan Kopi Bang Ancah.
(Baca juga: Enam Cara Seduh Kopi Khas Orang Indonesia)
Hanya beberapa meter dari gerbang Kampung Prawirotaman di Yogyakarta terdapat satu kedai kopi bernama Kiosk Cafe. Tempat ini hendak mengkolaborasikan budaya kopi tradisional dan gaya ngopi era gelombang ketiga.
"Budaya tradisional hasil representasi angkringan lokal dengan budaya pada era kopi gelombang ketiga, seperti menyajikan espreso menggunakan mesin mahal," tulis Andi Haswidi di dalam buku yang dipublikasikan pada 12 Desember 2018 tersebut.
Bangunan Kiosk Cafe relatif kecil dibandingkan dengan kedai kopi kekinian lain. Meskipun jauh lebih kecil asalkan tampil dengan desain tepat, sebuah kedai kopi akan mampu menggaet konsumen loyal.
Selain itu, ada Kopi Keliling yang dijalankan oleh Dayu Pratama sejak 2015. Gagasan awal menghadirkan kedai kopi kaki lima ini ialah hendak mendekatkan kopi nusantara kepada berbagai lapisan masyarakat.
Kopi Keliling berprinsip bahwa kopi spesial Indonesia tidak melulu harus tampil sebagai produk mahal. Kopi gerobak yang dijalankan mengajarkan Dayu ternyata tak semua orang bersedia menunggu lama proses seduh kopi dengan teknik tertentu.
Mulai awal 2018, terdapat delapan gerobak Kopi Keliling di Yogyakarta, tiga di Semarang, dan dua lainnya berlokasi di Magelang. Rencana selanjutnya ialah menghadirkan di Bali dan DKI Jakarta.
(Baca juga: Bekraf Gandeng Pebisnis Kopi untuk Pasarkan Logo "Kopi Indonesia")
Beda lagi model bisnis yang dijalankan Kopi Tuku yang kini mampu menjual sekitar 1.000 gelas per hari. Menurut si pendiri, Andanu Prasetyo, Indonesia takkan bisa mengadopsi budaya ngopi gelombang ketiga tanpa proses adaptasi.
Bentuk adaptasi yang dilakukan Kopi Tuku misalnnya dengan menghadirkan gerai khusus untuk melayani pembelian secara daring melalui aplikasi, seperti Gofood milik Gojek. Menu terlaris kedai ini adalah Kopi Susu Tetangga.
(Baca juga: Pengalaman Konsumen, Kunci Pebisnis Kuliner Daring Gaet Pelanggan)
Bisnis kopi kekinian yang tak kalah tenar adalah Upnormal Coffee Roasters. Jenama ini berawal dari warung mi instan Warunk Upnormal berlokasi di Bandung, Jawa Barat. Khusus bisnis sangrai kopi baru dimulai pada 2017.
Pada awal 2018, Upnormal tercatat memiliki sektitar 70 gerai di berbagai wilayah Indonesia. Tim Upnormal selanjutnya akan membuka pusat kopi yang diklaim terbesar se-Asia Tenggara.
(Baca juga: Upnormal dan Lima Merek Kopi Spesial Ekspansi ke Luar Negeri)
Model bisnis kopi unik kelima ada di ibu kota, Kopi Bang Ancah, buka setiap Sabtu antara pukul 05.00 - 10.00 WIB. Lokasinya di kawasan Sudirman - Thamrin, hadir pada saat car free day.
Nurmansyah Lubis alias Ancah menyajikan berbagai varian kopi single origin nusantara. Dia mengaku, kopi menjadi passion terutama sejak pensiun dari dunia politik pada 2014. Pria ini sempat menjabat anggota dewan selama sepuluh tahun.
Gelombang ketiga di dunia kopi dunia mulai dikenal dari penuturan Pendiri Wrecking Ball Coffee, Trish Rothgeb, pada 2002. Terlepas dari berbagai pemaknaannnya, pegiat perkopian Tanah Air agaknya memiliki cara dan gaya sendiri dalam proses adaptasi terhadap era ini.