Matahari Tutup 2 Supermarket Grosir karena Kurang Menguntungkan
PT Matahari Putra Prima Tbk (MPPA), perusahaan retail modern milik konglomerasi milik Grup Lippo menutup dua gerai grosir SmartClub pada tahun lalu. Penutupan gerai tersebut dilakukan karena dinilai tidak efisien dengan kontribusi margin penjualan yang lebih kecil dibanding gerai jenis lain milik perusahaan.
Sekretaris Perusahaan Matahari Putra Prima Danny Kojongian mengatakan konsep business to business (B2B) seperti milik gerai SmartClub tidak lagi sesuai dengan model bisnis perusahaan.
Dengan luas area sekitar 5.500 meter persegi dengan basis pelanggan berasal dari segmen korporat atau perhotelan, perusahaan menilai sulit memperoleh keuntungan seperti yang diharapkan. "Meskipun gerainya besar, tapi marginnya kecil. Hanya sekitar single digit," katanya di Jakarta, Senin (29/4).
(Baca: Pesta Diskon Pemilu, Peretail Raup Kenaikan Omzet hingga 10 Kali Lipat)
Karenanya, ke depan perusahaan akan mengurangi eksposur pada bisnis tersebut. Perusahaan akan kembali berfokus pada pengembangan bisnis gerai atau supermarket berformat lebih kecil, moderen dan menjual produk segar berorientasi pelanggan melaui gerai Hypermart, Foodmart, Boston dan FMX.
Selain itu, mulai tahun ini perusahaan juga akan meluncurkan gerai baru bernama hyfresh untuk melayani segmen komunitas dengan fokus penjualan produk segar dan harga kompetitif. Dengan startegi barunya ini, Matahari berharap bisa mencatat keuntungan di 2019.
Berdasarkan laporan keuangan perusahaan, sepanjang tahun lalu perseroan membukukan penjualan bersih Rp 10,6 triliun. Angka ini turun 15% dibanding periode yang sama tahu lalu karena berkurangnya intensitas penjualan di gerai SmartClub.
Sejalan dengan menurunnya penjualan, perseroan juga membukukan rugi operasi Rp 929 miliar serta kerugian sepanjang tahun Rp 898 miliar, menyusut dari tahun sebelumnya sbear Rp 1,23 triliun.
Asosiasi Pengusaha Retail Indonesia (Aprindo) menilai penutupan merupakan hal yang wajar di industri retail untuk menjaga kesehatan finansial perusahaan. Wakil Ketua Umum Aprindo Tutum Rahanta menyebutkan umumnya salah satu alasan peretail menutup gerainya karena lokasi yang tidak menjanjikan.