Belanja Masyarakat dan Kunjungan Mal Naik Jelang Akhir Tahun

Image title
Oleh Ekarina
30 Desember 2020, 16:50
Mal, Belanja, Bank Mandiri, Covid-19, Pandemi Corona, Retail.
ANTARA FOTO/Indrianto Eko Suwarso/rwa.
Warga mengunjungi pusat belanja Senayan City Mal di Jakarta, Jumat (25/12/2020). Tren belanja masyarakat dan kunjungan ke pusat belanja meningkat pada Desember.

Tren belanja masyarakat, kunjungan ke gerai retail serta restoran menunjukkan pemulihan menjelang akhir tahun dan di tengah merebaknya kasus Covid-19. Data ini berdasarkan kajian dan live monitoring Mandiri Institute sepanjang 2020.

Pembatasan sosial berskala besar (PSBB) telah menekan frekuensi dan kunjungan belanja masyarakat selama pandemi. Data Bank Mandiri menunjukkan, indeks frekuensi dan nilai belanja masyarakat mulai meningkat sejak Mei 2020 atau pasca PSBB I diberlakukan.

Namun, penurunan kembali terjadi selama pemberlakukan PSBB jilid kedua sejak pertengahan September hingga Oktober.  

Head of Mandiri Institute Teguh Yudo Wicaksono mengatakan, tren pemulihan konsumsi berhubungan dengan perilaku psikologi masyarakat. Faktor lain juga terkait normalisasi risiko serta pengetatan aktivitas masyarakat selama PSBB. 

"Berdasarkan pengamatan, tidak lama setelah pelonggaran kebijakan pembatasan sosial, selalu akan diikuti dengan lonjakan aktivitas, seperti kunjungan ke pusat belanja atau restoran,” ujar Teguh Yudo dalam keterangan tertulis, Rabu (30/12).

Kunjungan masyarakat ke pusat belanja pada 9-17 Desember di delapan kota besar telah mencapai 70% dari kondisi normal. Kenaikan ini disumbang oleh meningkatnya kunjungan masyarakat ke pusat belanja dan normalisasi kebijakan bekerja dari kantor (work from office)

Pada periode tersebut, tingkat kunjungan ke pusat belanja tertingi berada di DKI Jakarta diikuti Surabaya.  

Adapun kunjungan masyarakat ke pusat belanja pada Desember lebih tinggi dibandingkan periode yang sama bulan lalu yang mencapai 66%. Namun, kunjungan masyarakat ke pusat belanja pada November juga lebih tinggi dibanding Oktober sebesar 55% yang  bertepatan dengan berakhirnya PSBB II.

Sedangkan untuk tingkat kunjungan ke restoran, Mandiri Institute mencatat pada awal Desember 2020 jumlahnya telah mencapai sebesar 74% dari kondisi normal. Angka ini relatif rendah bila dibandingkan dengan tingkat kunjungan di November sebesar 84%.

Kenaikan terutama terjadi di kota-kota yang telah selesai menerapkan PSBB ketat. Namun demikian, dine-in atau sistem makan di tempat tetap dianggap berisiko sehingga perlu penerapan protokol kesehatan ketat. 

“Kami melihat adanya siklus stop and go pada pola belanja masyarakat. Hal ini dipengaruhi oleh adaptasi perilaku terhadap kondisi penyebaran Covid-19," katanya.

Oleh sebab itu, untuk kembali meningkatkan minat belanja masyarakat diperlukan konsistensi penegakan protokol kesehatan selama periode normalisasi risiko. Upaya ini harus bisa diterapkan hingga tingkat penularan virus dapat ditekan dan vaksinasi dilaksanakan.

Dalam riset yang berbeda, terlihat masyarakat cenderung fokus mengalokasikan dana untuk bahan pokok, termasuk pangan selama masa pandemi. Bank DBS memproyeksikan, masyarakat mengalokasikan 50,1% konsumsinya untuk makanan pada 2020 karena pandemi. Angka ini lebih tinggi ketimbang proyeksi sebelum pandemi Covid-19. Kala itu, Bank DBS memproyeksikan alokasi untuk konsumsi hanya sebesar 49%.

Seiring berjalannya waktu, porsi untuk konsumsi makanan akan menurun. Sebab pada 2021 dan 2022, Bank DBS memperkirakan perekonomian akan mulai pulih. Sehingga proyeksi alokasi konsumsi menjadi 49,5% pada 2021 dan perlahan menurun di titik 48,9% pada 2022. Berikut grafik dalam Databoks:

Cek juga data ini

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...