Persaingan Makin Ketat, Bisnis Telekomunikasi Diramal Cerah 2022
Pembatasan mobilitas selama Covid-19 berdampak pada pertumbuhan pendapatan sektor telekomunikasi. Hal ini membuat Bank DBS memangkas proyeksi pertumbuhan sektor telekomunikasi hingga akhir tahun menjadi 4% dari yang sebelumnya 6%. Meski begitu, pertumbuhan lebih tinggi diperkirakan akan terjadi tahun depan.
DBS Group Reserach dalam laporan Indonesian Industry Focus Telecomunication Sektor memaparkan, prospek bisnis sektor telekomunikasi pada 2022 bakal lebih cerah, dengan estimasi pertumbuhan pendapatan 7%. Angka ini lebih tinggi dibandingkan perkiraan sebelumnya yang sebesar 4%.
“Kebijakan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) untuk menekan laju penyebaran Covid-19 diikuti dengan kenaikan tarif dan lonjakan pengguna data akan menjadi katalis pertumbuhan pendapatan perusahaan telekomunikasi,” kata Analis DBS, Sachin Mittal dalam risetnya.
Kenaikan tarif dan konsolidasia antar pelaku industri berpeluang menguntungkan operator terbesar di Indonesia, seperti PT Telekomunikasi Indonesia (Persero) Tbk (Telkom) dan XL Axiata Tbk (EXCL).
Pada Juni lalu, Telkomsel menaikkan harga sebesar 4-9% dan menyertakan aplikasi streaming video untuk kuota terbatas. Langkah ini sedikit mengendurkan persaingan industri, setelah hampir sembilan bulan terjadi persaingan ketat yang dipimpin oleh agresivitas Telkomsel.
Di sisi lain, peta kekuatan pelaku industri telekomunikasi berpotensi semakin berimbang dengan adanya merger antara PT Hutchison, pemilik operator Tri dan PT Indosat Tbk setelah akhirnya mencapai kesepakatan 16 September lalu.
Dalam keterangan resminya, perusahaan gabungan yang bernama PT Indosat Ooredoo Hutchison Tbk (Indosat Ooredoo Hutchison) ini disebut akan menjadi operator seluler terbesar kedua di Indonesia setelah PT Telekomunikasi Seluler (Telkomsel), anak usaha Telkom. Perusahaan merger ini diperkirakan memiliki pendapatan tahunan hingga US$ 3 miliar (Rp 42,6 triliun).
Namun, DBS menilai keuntungan dan manfaat merger tersebut tidak terlihat pada tahun konsolidasi melainkan baru akan terasa beberapa tahun ke depan ketika pendapatan industri seluler diramal tumbuh 7%.
"Merger antara Indosat dan Hutchison 3 (Tri) akan mengurangi jumlah pemain di industri ini dan membuat persaingan menjadi lebih rasional. Secara potensi, entitas yang digabungkan seharusnya tidak menjadi pesaing tangguh Telkomsel dalam menghadapi beberapa tantangan yang mungkin menjadi pertanda baik bagi XL Axiata dan Telkomsel 12-18 bulan ke depan,"
Sejak kuartal I 2018 hingga kuartal III 2020, Telkomsel mengalami penyusutan pangsa pasar dari 68,4% hingga 64,8%. Kerugian pangsa pasar bersih sebesar 3,6% ini antara lain sejalan dengan strategi agresif XL memperluas jaringannya hingga ke luar Jawa dan harga merek.
Perusahaan menargetkan bisa mencapai profitabilitas di pasar luar Jawa pada 2022 hingga 2023. Perluasan cakupan pelanggan di luar Jawa ini juga sejalan dengan rencana untuk menggandakan kontribusi pendapatannya menjadi sekitar 30% dalam 4-5 tahun mendatang. XL juga berusaha mempertahankan diskon harga Telkomsel dan mempertahankan daya tariknya terhadap pelanggan yang sensitif terhadap harga di pasar luar Jawa.
Di sisi lain, IndiHome, bisnis anak usaha Telkom juga terus bertumbuh. Pada kuartal I 2021 pendapatan IndiHome naik 4,0% secara kuartalan dan 25% secara tahunan mencapai Rp6,35 triliun yang didorong oleh pertumbuhan pelanggan dan Average Revenue Per User (ARPU).
Pertumbuhan basis pelanggan perusahaan mencapai 1,7% secara kuartalan menjadi 8,15 juta pelanggan. Hal ini akhirnya meningkatkan kontribusi pendapatan IndiHome ke induk usahanya sebesar 18,7% di kuartal I 2021, lebih tinggi dibandingkan capaian kuartal sebelumnya sebesar 16,7%.
Sementara pertumbuhan margin EBITDA IndiHome tampak sehat dengan kenaikan dari 33,9 % di kuartal IV 2019 menjadi 45,2% di kuartal I 2021.
Seiring meningkatnya prospek bisnis telekomunikasi, Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) menyatakan akan terus memperluas jaringan internet hingga ke pelosok.
Menurut Menteri Komunikasi dan Informatika, Johny G Plate, pembangunan infrastruktur teknologi informasi dan komunikasi (TIK) salah satunya berupa penyediaan Base Transceiver Station (BTS) saat ini telah beroperasi 1.682 BTS aktif.
"Tahun 2021 Kementerian Kominfo akan menyelesaikan pembangunan 4.200 BTS, saat ini sedang dalam proses konstruksi, dan dilanjutkan di tahun 2022 sebanyak 3.704 BTS baru," ujarnya dalam Siaran Pers Kemenkominfo.
Hingga tahun 2024 diharapkan sebanyak 9.586 BTS dibangun dan beroperasi penuh. Sementara itu, dalam mendukung dan menyambut era baru teknologi 5G, Kementerian Kominfo melakukan farming dan refarming spektrum frekuensi radio.
"Seperti yang kita tahu, Indonesia telah memulai era baru, yaitu era 5G. Banyak sekali keunggulan dan kemudahan yang akan didapat dengan diimplementasikan teknologi ini," ujar Johny.
Menurutnya, spektrum frekuensi radio dapat dianalogikan sebagai oksigen dalam implementasi 5G. "Tahun ini upaya farming dan refarming spektrum frekuensi radio dilakukan untuk mendorong percepatan pemerataan jaringan 5G dan 4G,” kata dia.
Tahun ini, pembebasan frekuensi baru untuk mobile broadband tercatat sebanyak 90 Mhz. Sehingga total tambahan spektrum frekuensi saat ini mencapai 120 Mhz.
Dinamika sektor bisnis terus bergulir setiap harinya. Bank DBS menyediakan beragam informasi dan layanan lengkap untuk nasabah, SME dan juga perusahaan untuk membantu memahami seluk-beluk dunia usaha dan mengetahui tren pasar terbaru.
Bagi nasabah yang ingin mendaftar di komunitas bisnis dan mengetahui lebih banyak informasi mengenai produk-produk dari DBS, bisa klik di sini untuk keterangan lebih lanjut.