Toyota, SoftBank, Uniqlo Masuk 10 Besar Merek Jepang Bernilai Tinggi
Perusahaan database ekuitas merek BrandZ belum lama ini meluncurkan daftar 50 merek paling bernilai (most valuable brand) di Jepang periode 2021. Nama raksasa otomotif, teknologi serta retail masuk dalam daftar 10 besar dengan nilai tertinggi.
Meski demikian, secara total nilai merek produk Jepang menurun 9% akibat pandemi dan resesi ekonomi.
Produsen otomotif, Toyota telah mempertahankan posisinya di urutan pertama sebagai merek paling berharga di Jepang senilai US$ 28,4 miliar atau sekitar Rp 399,5 triliun. Kendati turun 2% dibanding sebelumnya, Toyota meningkatkan cengkeraman pada kategori mobil utama, menurut konsultan pemasaran WPP dan Kantar.
Hal itu menunjukkan kekuatan dan ketahanan merek perusahaan. Ketegori mobil menyumbang 24% terhadap total nilai peringkat lima merek unggulan.
Di peringkat kedua masih ditempati perusahaan penyedia telekomunikasi, Nippon Telegraph and Telepon (NTT). Perusahaan mencatat nilai brand US$ 20,3 miliar tumbuh 1% dari tahun sebelumnya, disusul Sony di posisi ketiga dengan nilai perusahaan US$ 12,0 miliar atau naik 3% pada 2020.
Berikutnya, di peringkat keempat diisi Sofbank dengan nilai merek sekitar US$ 10,6 miliar, diikuti Honda di posisi kelima dengan US$ 9,9 miliar dan provider telekomunikasi Au US$ 8,6 miliar.
Nissan berada di peringkat ketujuh dengan nilai brand sekitar US$ 8,65 miliar bersama Nintendo di peringkat delapan US$ 8,5 miliar dan Uniqlo di posisi ke sembilan US$ 8,2 miliar. Posisi kesepuluh diisi peretail 7-Eleven dengan US$ 8 miliar.
Kategori hiburan mencetak kenaikan nilai merek tertinggi sebesar 19% seiring perubahan aktivitas masyarakat di rumah selama pandemi. Merek pun menyesuaikan kebutuhan konsumen dengan berbagai permainan yang memenuhi permintaan selama pembatasan sosial. Hal tersebut lantas ikut menempatkan Nintendo sebagai satu dari 10 brand paling berharga di Jepang.
Platform media sosial LINE juga mencatat kenaikan tercepat 34% dengan brand value US$ 4,3 miliar dan menempati peringkat ke 13. LINE telah menjadi bagian integral dari kehidupan Jepang.
Pengguna aktif LINE News, pesan teks, penggunaan stempel, dan volume panggilan aplikasi meningkat secara signifikan selama karantina wilayah (lock down).
Pemerintah menggunakannya sebagai alat untuk menjangkau khalayak yang lebih muda, bahkan melakukan survei kesehatan dan program konsultasi kesehatan online.
Pandemi juga telah mempercepat pergerakan konsumen Jepang ke teknologi digital. Meskipun pasar teknologinya sudah maju, penetrasi e-commerce masih belum signifikan dan mulai berubah dengan masuknya investasi besar-besaran.
Peretail online, Rakuten adalah salah satu penerima manfaat terbesar. Nilai merek perusahaan ini naik 22% menjadi US$ 2,5 miliar dan menempati posisi 23, didukung oleh pertumbuhan e-commerce.
Demikian pula, pengecer Nitori yang nilai mereknya mencapai US$ 1,9 miliar dan menempati posisi 26, secara proaktif merampingkan bisnis dan memfokuskan sumber daya pada e-commerce.
Tiga Merek Pendatang Baru
BrandZ mencatat tiga pendatang baru masuk dafatr 50 brand bernilai di Jepang. Toko obat Welcia (U$ 1,1 miliar) adalah pendatang baru yang langsung melesat menempati peringkat 36, diikuti peretail Don Quijote (US$ 1,0 miliar) di peringkat 37.
Merek kopi kaleng Georgia, anak perusahaan The Coca-Cola Company yang menjadi minuman Jepang klasik, masuk daftar tahun ini di posisi 41 senilai US$ 953 juta.
Sukses atau gagalnya sebuah merek amat bergantung pada kepercayaan konsumen. Merek yang nilainya tumbuh rata-rata delapan poin lebih tinggi memang cukup "berbeda" dibandingkan dengan merek yang nilainya menurun.
Kuatnya persepsi dan kepercayaan konsumen terhadap sebuah brand juga membantu beberapa perusahaan bertahan, meski sektornya terpukul pandemi corona. Meski industri penerbangan mengalami turbulensi hebat selama pandemi dengan penurunan nilai merek 34% secara keseluruhan, tapi brand maskapai Jepang, ANA Airlines penurunannya relatif kecil.
Perusahaan masih bertahan di posisi 28 dengan brand value US$ 1,9 miliar. Demikian pula dengan perusahaan logistik, Yamato Transport yang mereknya masih dipercaya sehingga tetap berada di posisi 32 dengan nilai perusahaan US$ 1,6 miliar.
Chairman BrandZ, David Roth menuturkan pemeringkatan ini menunjukkan merek-merek tersebut memiliki ketahanan kuat di saat krisis. Meskipun virus corona global menghantam sektor otomotif, kinerja Toyota jauh lebih sedikit terpengaruh daripada merek pesaingnya di Jepang.
"Demikian pula, merek kuat ANA telah melindungi nilainya di sektor yang telah dihatam pandemi hebat, "kata Roth dalam keterangan tertulis dikutip Selasa (10/11).
Sementara, CEO Insights Division Kantar Japan, Shishir Varma mengungkapkan pemeringkatan tahun ini menyoroti merek dan strategi pemasaran yang membantu perusahaan menghadapi tantangan makro dan pandemi global.
"Kedua, 'perbedaan' antara keunikan dan komitmen atas nilai-nilai hal yang dilakukan merek, membantu menciptakan ketahanan yang lebih besar dibandingkan laba atas investasi," katanya.
Pemeringkatan Top 50 Most Valuable Brands Japan oleh BrandZ lakukan oleh perusahaan riset dan pakar ekuitas Kantar dan WPP. Pemeringkatan tersebut dipilih dan dan dianalisa dengan menggabungkan data pasar dari Bloomberg serta berbagai masukan dari jutaan konsumen serta melibatkan lebih dari 500 merek.