Apple Jadi Perusahaan dengan Pendapatan Hijau Terbesar di Dunia

Intan Nirmala Sari
5 Maret 2023, 08:49
Logo Apple Inc terlihat di pintu masuk toko Apple di 5th Avenue di Manhattan, New York, Amerika Serikat, Rabu (16/10/2019).
ANTARA FOTO/REUTERS/Mike Segar
Logo Apple Inc terlihat di pintu masuk toko Apple di 5th Avenue di Manhattan, New York, Amerika Serikat, Rabu (16/10/2019).

Perusahaan teknologi raksasa Apple menempati daftar puncak perusahaan dengan pendapatan paling “hijau” alias berkelanjutan sebesar US$ 259 miliar, setara Rp 3.885 triliun (kurs Rp 15.000). Sebanyak 71% pendapatan perusahaan diperoleh dari sumber bisnis berkelanjutan, setelah dua tahun terakhir perusahaan tidak masuk dalam daftar.

Laporan tersebut dirilis dalam The 2023 Clean 200 yang disusun pemegang saham nirlaba As You Sow dan firma riset Corporate Knights, dengan memanfaatkan Corporate Knights Sustainable Economy Taxonomy untuk menentukan peringkat 200 perusahaan publik teratas, dari 6.720 perusahaan global. Penentuan peringkat ditentukan dari penilian ketat terhadap jumlah pendapatan yang diperoleh setiap perusahaan dari produk dan layanan.

Melansir Yahoo Finance, setelah Apple terdapat Google-parent Alphabet yang menempati peringkat kedua sebagai perusahaan berkelanjutan dengan pendapatan bersih US$ 228,7 miliar. Peringkat selanjutnya diikuti Deutsche Telekom US$ 89 miliar, Verizon Communication US$ 80 miliar, serta Tesla US$ 53 miliar.

“Penyebaran transisi besar sedang kita alami menyebar lebih jauh secara global — bahwa setiap negara di dunia akan segera memiliki perusahaan besar yang menghasilkan banyak uang dengan mempekerjakan banyak orang, sebagai bagian dari transformasi global,” ujar CEO You Sow Andrew Behar kepada Yahoo Finance.

Apple Peringkat Teratas Perusahaan Paling Hijau
Apple Peringkat Teratas Perusahaan Paling Hijau (As You Sow)

Penobatan 200 perusahaan berkelanjutan sudah dimulai sejak 2016, berawal dari perusahaan terkemuka yang menerapkan energi bersih dalam bisnisnya. Kemudian, cakupannya diperluas mencakup pendapatan perusahaan yang memenuhi berbagai sertifikasi berkelanjutan, baik dari kendaraan listrik, hingga pinjaman berkelanjutan. 

Sementara itu, The Clean 200 juga mengecualikan perusahaan yang terpapar pada praktik bisnis kontroversial, seperti investasi bahan bakar fosil, senjata, atau sebaliknya yang memiliki catatan kebijakan iklim yang menghambat secara sistemik. 

"Ini adalah perusahaan yang memimpin dengan menempatkan keberlanjutan sebagai inti dari produk, layanan, model bisnis hijau, dan investasi mereka, membantu menggerakkan dunia ke jalur yang lebih berkelanjutan," menurut laporan tersebut.

Untuk tahun ini, The Clean 200 menjangkau 35 negara dengan sebagian besar perusahaan terdaftar di Amerika Serikat, Cina, dan Jepang. Tentunya, dengan pengecualian energi, ada representasi sektor yang luas: Perusahaan industri lazim seperti perusahaan teknologi informasi, material, dan utilitas.

“Ini bukan hanya energi bersih,” kata Toby Heaps, CEO Corporate Knights, kepada Yahoo Finance. "Seluruh ekonomi, dari iklan Google yang berasal dari perusahaan, berfokus pada keberlanjutan". 

Kiprah Serius Apple

Apple telah membuat langkah dalam beberapa tahun terakhir dalam menggunakan bahan daur ulang dan mineral tanah jarang.

"Seiring waktu, mereka benar-benar pergi ke kota dengan seluruh rantai pasokan mereka," kata Heaps.

Dia juga menjelaskan bahwa Apple mendapatkan aluminium nol-karbon atau hampir nol-karbon dan membuat iPhone. "Kami telah melihat sekitar 300 label ramah lingkungan, sertifikasi, dan Apple sekarang membuat potongan produk yang cukup besar, sehingga mereka memenuhi syarat untuk standar yang tinggi," ujar Heaps.

Pendapatan berkelanjutan Apple utamanya berasal dari penjualan iPhone, iPad, dan Mac. Semua produk tersebut tercatat telah mendapatkan sertifikasi EPEAT Gold. Adapun kriteria untuk ekolabel global Electronic Product Environmental Assessment Tool (EPEAT) mempertimbangkan bahan produk perangkat keras, emisi gas rumah kaca rantai pasokan, umur panjang produk, konservasi energi, dan manajemen akhir masa pakai, di antara faktor-faktor lainnya.

Sementara itu, Apple menawarkan delapan perangkat dengan lebih dari 20% bahan daur ulang, menurut laporan keberlanjutan tahun 2022. MacBook Air 2020, dengan chip M1 memiliki jumlah bahan daur ulang tertinggi di mana sekitar 44% bagian laptop didaur ulang, termasuk penutup aluminium 100% daur ulang.

Mulai 2021, Apple mulai menggunakan emas dan tungsten daur ulang di semua iPhone-nya. Apple mengirimkan sekitar 225 juta iPhone pada 2022. Pada saat yang sama, Apple jauh dari sempurna dalam hal menjual produk yang berasal dari sumber berkelanjutan dalam skala besar.

Raksasa teknologi itu mendapat tekanan dari konsumen dan pemerintah, yang berpendapat bahwa perusahaan membuatnya terlalu sulit untuk memperbaiki perangkatnya. Hal tersebut justru menyebabkan siklus hidup perangkat elektronik menjadi lebih pendek.

Di sisi lain, meskipun Apple meluncurkan Self Service Repair, sebuah platform yang memungkinkan pelanggan memesan suku cadang dan menelusuri instruksi untuk memperbaiki perangkat, perusahaan telah menentang undang-undang hak negara bagian untuk memperbaiki, termasuk undang-undang yang disahkan di New York pada 2022.

Cek juga data ini

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...