Mengintip TPAS Manggar Mengolah Sampah Menjadi Biomassa Co-firing PLTU

Nadya Zahira
8 September 2023, 11:55
tpa manggar, biomassa, co-firing pltu, batu bara
Katadata-Nadya Zahira
TPA Manggar mengolah 420 ton sampah per hari menjadi biomassa berupa bahan bakar jumputan padat dan woodpellet untuk co-firing PLTU milik PLN.

Tempat pemprosesan akhir sampah atau TPAS Manggar, Kota Balikpapan, Kalimantan Timur sudah berdiri sejak 2002. TPAS ini tidak hanya dimanfaatkan untuk bisa menghasilkan gas metana saja, namun juga memasok biomassa untuk co-firing PLTU Teluk Balikpapan.

TPAS Manggar memiliki kapasitas penampungan sampah hingga 420 ton per hari yang kemudian diolah menjadi bahan bakar jumputan padat (BBJP) dari sampah dedaunan dan woodchip dari limbah potongan kayu.

Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD) TPAS Manggar, Muhammad Hariyanto mengatakan BBJP dan woodchip tersebut digunakan untuk bahan bakar co-firing PLTU milik PLN Nusantara Power Unit Pembangkitan Kaltim Teluk Balikpapan.

Dengan demikian, PLN menjalin kerja sama dengan Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Balikpapan. Rasio co-firing tersebut direncanakan sejauh ini baru mencapai 3%, “Baru beroperasi mulai 2022 akhir dan sudah mulai produksi berupa pelet dan cacahan kayu,” ujar Hariyanto saat ditemui di TPAS Manggar, Rabu (6/9).

Dia mengatakan, TPAS Manggar sudah stabil memproduksi 5-10 ton woodchip dan BBJP untuk dipasok ke PLTU PLN Nusantara Power Unit Pembangkit Kaltim Teluk Balikpapan setiap bulannya.

Hariyanto menuturkan, dengan adanya kerja sama tersebut di mana limbah sampah dibayar senilai Rp 400 per kilogram, maka TPAS Manggar bisa meraup keuntungan sebesar Rp 2-4 juta per bulan yang masuk dalam kas daerah. “Kami ke depannya tentu akan terus meningkatkan kapasitas produksi pelet dan BBJP,” ujarnya.

Cacahan sampah kayu dari TPA Manggar yang akan diolah menjadi biomassa
Cacahan sampah kayu dari TPA Manggar yang akan diolah menjadi biomassa (Katadata-Nadya Zahira)

Hariyanto pun menjelaskan proses limbah sampah yang diubah menjadi woodchip tersebut yaitu, pertama-tama bahan baku dikumpulkan dan dibawa menuju mesin chipper atau pencacah. Mesin mengubah limbah kayu menjadi serbuk kayu. Dibutuhkan beberapa kali proses pencacahan, agar mendapatkan hasil serbuk kayu yang halus.

Adapun pencacahan pertama, hasil yang keluar masih berupa pecahan-pecahan kayu. Kemudian, lanjut ke pencahahan berikutnya sampai dihasilkan serbuk kayu yang lebih halus. Tahap berikutnya, adalah pemadatan.

Serbuk kayu yang sudah halus, akan dimasukan ke mesin kompresi. Mesin tersebut akan menghasilkan panas untuk mengeluarkan zat bernama lignin dalam kayu yang berfungsi sebagai perekat alami. Jadi, pallet bisa terbentuk tanpa menggunakan zat aditif. Ketika dikompresi serbuk juga langsung dipadatkan dan dipotong.

Selanjutnya, dimasukan ke dalam tangki pendingin untuk menghilangkan residu dan mengeraskan serbuk. Dengan begitu, jadilah woodpellet yang bisa digunakan sebagai bahan bakar co-firing PLTU.

Co-firing merupakan proses penambahan biomassa sebagai bahan bakar pengganti parsial ke dalam boiler batu bara tanpa melakukan modifikasi yang signifikan.

PLN Energi Primer Indonesia alias PLN EPI melaporkan realisasi distribusi biomassa untuk co-firing pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) mencapai 450.223 ton sepanjang paruh pertama 2023.

Sebelumnya, Direktur Utama PLN EPI, Iwan Agung Firstantara, menjelaskan teknologi co-firing yang diterapkan di PLTU menjadi cara efektif untuk menekan emisi karbon. Apalagi, penggunaan biomassa dapat mengurangi porsi penggunaan batu bara sebagai bahan bakar pembangkit secara bertahap.

"Pengembangan biomassa menjadi sangat penting dalam mencapai target pengurangan emisi,” kata Iwan dalam siaran pers pada Senin (31/7).

PLN EPI menjamin kepastian pasokan biomassa ke PLTU melalui pengembangan hutan energi dan kerja sama dengan Pemerintah Daerah atau Pemda untuk mengelola sampah kota menjadi BBJP, salah satunya seperti di TPAS Manggar, Balikpapan.

"Lewat kepastian pasokan, maka kebutuhan biomassa semakin terjamin. Mengingat kebutuhan atas biomassa akan selalu tumbuh dari tahun ke tahun," ujar Iwan.

PLN grup membutuhkan pasokan biomassa untuk co-firing sebanyak 1,08 juta ton hingga Desember 2023. Realisasi pemenuhan biomassa dari Januari terus tumbuh, berada di rata-rata angka 65.000 ton per bulan

Reporter: Nadya Zahira

Cek juga data ini

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...