Polusi Udara Berpotensi Dongkrak Angka Stunting dan Autisme
Polusi udara yang dihirup ibu hamil akan berdampak negatif pada janin. Sejumlah risiko kesehatan pun muncul akibat paparan polusi udara pada janin mulai dari stunting hingga autsme.
Dokter Spesialis Anak, Frida Soesanti, mengatakan ibu hamil rentan terpapar polusi udara yang berdampak pada janin. "Jadi kalau ibunya terpapar polusi maka anaknya akan ada berpotensi lahir dengan berat badan yang lebih rendah,” ujarya dalam acara Forum Menuju Indonesia Emas 2024, ‘Dampak Kualitas Udara Terhadap Masalah Stunting dan Manusia’, di Jakarta, Jumat (24/11).
Frida mengatakan, ibu hamil yang terpapar polusi udara setiap harinya juga bisa melahirkan bayi yang mengalami infeksi saluran pernafasan. Bayi tersebut bahkan mempunyai resiko mengalami hipertensi atau darah tinggi, hingga gangguan perkembangan serius seperti autisme.
"Kalau di negara maju di AS sudah punya guide sendiri soal ini. Indonesia seharusnya juga sudah punya kebijakan itu,” kata Frida.
Untuk itu, Frida meminta kepada pemerintah untuk selalu memastikan kualitas udara terkhusus di DKI Jakarta bisa jauh lebih bersih. Pasalnya, program pemerintah dengan memberikan telur kepada ibu hamil akan percuma jika belum bisa menekan jumlah angka stunting dalam negeri.
“Kalau kita ngomong stunting bukan berati program ngasih telur setiap hari, menurut saya program itu akan percuma kalau ada polusi udara. Jadi apa yang harus dilakukan? Memberantas polusi,” kata dia.
Oleh sebab itu, Frida mengatakan pentingnya kolaborasi antara masyarakat dan pemerintah, serta perlunya kerja sama agar generasi di Indoensia bisa mendapatkan lingkungan yang baik sehingga angka stunting juga tidak terus bertambah.
Polusi udara di Jakarta masih buruk meski pemerintah telah mengambil langkah. Terbaru, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta menyegel tiga perusahaan penampungan batu bara yang berpotensi mencemari lingkungan.
Ketiga gudang batu bara yang ditutup yakni PT Bahana Indokarya Global di Jakarta Timur, serta PT Trada Trans Indonesia dan PT Trans Bara Energy di Jakarta Utara.
Selain itu, pemerintah juga menutup sementara perajin arang batok di Lubang Buaya, Jakarta Timur. Penjabat (Pj) Gubernur DKI Jakarta Heru Budi Hartono mengatakan pihaknya telah menindak tegas sejumlah industri yang melanggar aturan lingkungan sehingga menjadi pemicu polusi udara.
"Kalau mereka sudah melanggar aturan, apalagi lingkungan hidup kita lakukan tindak tegas," kata Heru di Kelurahan Pegangsaan, Menteng, Jakarta Pusat, Minggu (10/9).
Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Siti Nurbaya Bakar mengatakan penyebab utama tingginya polusi udara DKI Jakarta adalah kendaraan. Berdasarkan catatan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, terdapat 24,5 juta kendaraan bermotor di Jakarta sepanjang 2022.
"Sebanyak 19,2 juga di antaranya adalah sepeda motor," kata Siti Nurbaya di Istana Kepresidenan, Senin (14/8).