Bank Mandiri Targetkan Capai Net Zero Emission 2030, Tutup 200 Cabang

Tia Dwitiani Komalasari
8 Desember 2023, 06:15
Pegawai Bank Mandiri menjelaskan fitur Livin' by Mandiri kepada Pekerja Migran Indonesia (PMI) di Kantor Remitansi Bank Mandiri cabang Hong Kong, Keswick, Hong Kong, Rabu (28/6/2023). Kantor remitansi Bank Mandiri Hong Kong saat ini melayani lebih dari 2
ANTARA FOTO/Puspa Perwitasari/aww.
Pegawai Bank Mandiri menjelaskan fitur Livin' by Mandiri kepada Pekerja Migran Indonesia (PMI) di Kantor Remitansi Bank Mandiri cabang Hong Kong, Keswick, Hong Kong, Rabu (28/6/2023). Kantor remitansi Bank Mandiri Hong Kong saat ini melayani lebih dari 25 ribu PMI.

Bank Mandiri mengambil berbagai langkah ambisius dalam rangka mencapai operasi target net zero emission pada 2030. Untuk mencapai target tersebut, Bank Mandiri memanfaatkan upaya digitalisasi melalui platform Livin' dan Kopra.

Direktur Utama PT Bank Mandiri (Persero) Tbk Darmawan Junaidi mengatakan transformasi kantor cabang fisik menjadi digitalisasi tersebut mampu mengurangi emisi dalam operasional Bank Mandiri. 

"Sejak tahun 2021, kami telah menutup lebih dari 200 cabang," katanya  dalam acara Mandiri Sustainability Forum 2023 di Jakarta, Kamis (8/12).

Darmawan mengatakan, Bank Mandiri juga telah melakukan upaya netral karbon melalui penggunaan energi terbarukan. Langkah itu misalnya pemasangan panel surya, berinvestasi pada kendaraan listrik sebagai mobil operasional, dan mengembangkan pelacakan karbon digital. 

Dari sektor kredit, Bank Mandiri telah menyalurkan pembiayaan ke sektor berkelanjutan  sebesar Rp253 triliun atau 24,9 persen dari total kredit yang disalurkan hingga Kuartal III-2023. Dari nilai tersebut, pembiayaan ke sektor hijau Bank Mandiri telah menembus Rp 122 triliun, setara dengan 12 persen dari total penyaluran kredit di periode yang sama.

Menurut Darmawan, realisasi tersebut merupakan komitmen Bank Mandiri dalam mendorong pembiayaan berkelanjutan.

"Hasilnya, Bank Mandiri kini menjadi pemimpin industri dengan pangsa lebih dari 30 persen di sektor ramah lingkungan," ujar Darmawan. 

Darmawan mengatakan, perseroan turut mengambil bagian dalam perdagangan karbon pertama di Indonesia pada September 2023. Langkah itu mendukung upaya pemerintah dalam membentuk mekanisme pasar guna mencapai target pengurangan gas rumah kaca.

Wakil Direktur Utama Bank Mandiri, Alexandra Askandar, Bank Mandiri telah memangkas  pembiayaan bagi Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) dan industri batu bara secara perlahan.

Menurutnya, pembiayaan kepada PLTU dan batu bara tidak bisa langsung dihentikan, tapi harus dilakukan dengan memperhatikan peta jalan transisi energi yang telah ditetapkan pemerintah.

“Bank mandiri punya komitmen untuk terus mendukung agenda prioritas pemerintah termasuk menjamin ketersediaan energi nasional jadi tidak bisa kita exit dari PLTU ataupun pembiayaan kepada batu bara sebegitu cepat,” kata Xandra

Bisnis Berbasis ESG Jadi Prioritas Masa Depan

Sementara itu, hasil riset Mandiri Institute  menyatakan 71 persen perusahaan terbuka meyakini praktik bisnis yang menerapkan prinsip keberlanjutan environment, social, and governance (ESG) akan menjadi prioritas pada masa depan.

Meski demikian, hanya 57 persen dari perusahaan terbuka yang menyadari pentingnya pencapaian target Nationally Determined Contributions (NDC) atau penurunan emisi gas rumah kaca (GRK) hingga tahun 2030.

“Untungnya, hampir seluruh responden telah mempertimbangkan untuk melakukan praktik bisnis ESG ke depan. Artinya, potensi bisnis berkelanjutan masih sangat terbuka, dan Bank Mandiri berkomitmen kuat untuk mengoptimalkan potensi tersebut,” kata Chief Economist Bank Mandiri, Andry Asmoro, dalam Mandiri Sustainable Forum di Jakarta, Kamis (8/12).

Riset Mandiri Institute itu juga menunjukkan peningkatan signifikan penandatanganan prinsip investasi bertanggung jawab atau Principles for Responsible Investment (PRI). Hal itu mengindikasikan bahwa investasi ESG mulai menjadi faktor penentu utama keberlanjutan bisnis.

Hingga November 2023, terdapat 5.374 penandatanganan prinsip investasi bertanggung jawab. Selain itu, penerbitan surat utang global terkait ESG sudah mencapai 1,5 triliun dolar AS di 2022, meningkat hampir 15 kali lipat dibandingkan 2015.

Berdasarkan riset yang sama, implementasi ESG di sektor keuangan masih menghadapi sejumlah tantangan, seperti minimnya diferensiasi produk ESG dan diferensiasi gaya pendanaan.

“Ini terjadi karena masih rendahnya kesadaran terkait ESG, termasuk masih ada yang belum percaya bahwa ESG menjadi prioritas,” kata Andry.

Oleh karena itu pemerintah dinilai perlu semakin aktif mengkomunikasikan standar pelaporan penerapan ESG di tanah air yang dapat menjadi acuan perbandingan kinerja keberlanjutan perusahaan di berbagai sektor.



Cek juga data ini

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...