Riset: Permukaan Air Tanah Turun Makin Cepat

Hari Widowati
25 Januari 2024, 08:39
Riset yang dipublikasikan di jurnal Nature menyebut penyusutan air tanah terutama terjadi di daerah beriklim kering dengan lahan pertanian yang luas.
ANTARA FOTO/Dedhez Anggara/foc.
Riset yang dipublikasikan di jurnal Nature menyebut penyusutan air tanah terutama terjadi di daerah beriklim kering dengan lahan pertanian yang luas.
Button AI Summarize

Sebuah riset yang diterbitkan di jurnal ilmiah Nature menyebut permukaan air tanah di seluruh dunia telah menunjukkan penurunan yang meluas dan "dipercepat" selama 40 tahun terakhir. Hal ini disebabkan oleh praktik-praktik irigasi yang tidak berkelanjutan dan perubahan iklim.

Air tanah merupakan sumber utama air tawar untuk pertanian, rumah tangga dan industri. Selain itu, penipisan air tanah dapat menimbulkan ancaman ekonomi dan lingkungan yang parah, penurunan hasil panen dan penurunan permukaan tanah yang merusak, terutama di daerah pesisir.

"Salah satu kekuatan pendorong utama yang paling mungkin di balik penurunan air tanah yang cepat dan semakin luas adalah pengambilan air tanah yang berlebihan untuk pertanian beririgasi di daerah beriklim kering," ujar Scott Jasechko dari University of California, Santa Barbara, salah satu penulis makalah tersebut, seperti dikutip Reuters

Namun, kekeringan yang disebabkan oleh perubahan iklim, juga membuat petani cenderung memompa lebih banyak air tanah untuk memastikan tanaman mereka terairi.

Riset tersebut menyatakan penyusutan air tanah terutama terjadi di daerah beriklim kering dengan lahan pertanian yang luas. Studi itu menganalisis 170.000 sumur di lebih dari 40 negara. Cina Utara, Iran dan Amerika Serikat bagian barat termasuk di antara wilayah yang paling parah terkena dampaknya.

Lebih dari sepertiga dari 1.693 sistem akuifer - badan batuan berpori atau sedimen yang menahan air tanah - yang dipantau oleh penelitian ini turun setidaknya 0,1 m per tahun dari tahun 2000 hingga 2022.

Sebanyak 12% sistem akuifer mengalami penurunan tahunan lebih dari 0,5 m. Beberapa akuifer yang paling parah terkena dampak di Spanyol, Iran, Cina, dan Amerika Serikat turun lebih dari 2 m per tahun selama periode tersebut.

Pada sekitar 30% akuifer yang diteliti, laju penipisan air telah meningkat sejak tahun 2000. Beberapa akuifer memang membaik selama periode tersebut, sebagian sebagai hasil dari tindakan lokal yang bertujuan untuk membatasi jumlah air yang dapat dipompa.

Akuifer juga dapat diisi ulang dengan air yang dialihkan dari tempat lain. "Namun, pemulihan seperti itu relatif jarang terjadi dan masih banyak pekerjaan yang harus dilakukan," kata Jasechko.

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...