Luhut Ungkap Potensi Kelangkaan Air di RI Imbas Suhu Bumi Makin Panas

Tia Dwitiani Komalasari
26 Februari 2024, 17:29
Menko Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan menyampaikan keterangan pers saat kegiatan media briefing di Nusa Dua, Badung, Jumat (22/12/2023). Kegiatan tersebut membahas berbagai program kerja, capaian serta evaluasi kinerja Kemenko Mar
ANTARA FOTO/Fikri Yusuf/rwa.
Menko Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan menyampaikan keterangan pers saat kegiatan media briefing di Nusa Dua, Badung, Jumat (22/12/2023). Kegiatan tersebut membahas berbagai program kerja, capaian serta evaluasi kinerja Kemenko Marves pada tahun 2023 menuju Indonesia Emas 2045.
Button AI Summarize

Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi, Luhut Binsar Pandjaitan, menyoroti kenaikan suhu bumi yang mencetak rekor tertinggi sepanjang sejarah.  Kondisi ini bisa menyebabkan kerugian besar bagi ekosistem seperti gelombang panas, kekeringan, banjir, hingga kelangkaan air yang berpotensi terjadi dalam beberapa waktu kedepan.

Copernicus Climate Change Service (C3S) Uni Eropa mencatat suhu bumi telah lebih panas  panas 1,5 derajat celsius dibandingkan era praindustri 1850-1900, selama 12 bulan berturut-turut. Fenomena ini adalah yang pertama kalinya dalam catatan sejarah.

Luhut mengatakan, kenaikan suhu tersebutmemunculkan sejumlah fenomena alam yang mengubah beberapa bagian bumi menjadi tidak sama lagi dengan kondisi beberapa abad silam. Peningkatan suhu bumi menyebabkan gelombang panas, kekeringan, banjir, hingga kelangkaan air yang akan kita jumpai dalam beberapa waktu kedepan.

"Ini adalah sebuah wake up call bagi kita semua untuk melakukan upaya mitigasi dalam mengurangi emisi karbon," ujarnya dikutip dari akun Instagram Luhut @luhut.pandjaitan, Senin(26/2).

Oleh sebab itu, Luhut mengatakan, pemerintah bersama Bank Dunia akan fokus melakukan rehabilitasi rehabilitasi 75 ribu hektare Mangrove dan mengkonservasi 400 ribu hektare Mangrove. Ini merupakan bagian  dari rencana besar rehabilitasi 600 ribu hektare Mangrove di Kawasan Pesisir.

Dia mengatakan, potensi besar mangrove yang amat penting dalam penyerapan karbon yang lebih tinggi secara alami. Kelebihan itu akan dimanfaatkan antara lain untuk transformasi ekonomi hijau dan terus mengarah ke karbon biru yang lebih ramah lingkungan serta berkelanjutan

Menurut Luhut, hal ini menjadi penting mengingat Indonesia berkomitmen mengendalikan perubahan iklim global. Rehabilitasi mangrove diharapkan dapat mendukung penurunan emisi sesuai dokumen kontribusi nasional (NDC).

"Saya melihat keberhasilan program ini akan dicapai jika integrasi seluruh stakeholder mampu memberdayakan masyarakat di sekitar pesisir," ujarnya.

Luhut mengatakan, ekosistem mangrove di pesisir Indonesia tidak hanya menjadi tempat penyimpanan karbon, tetapi juga mampu menjadi sumber alternatif mata pencaharian bagi masyarakat sekitarnya.

Berdasarkan Peta Mangrove Nasional yang resmi dirilis oleh Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Tahun 2021, total luas ekosistem mangrove Indonesia mencapai 3.364.076 Ha atau 20,37% dari total luas dunia. 

Dari total luasan mangrove Indonesia seluas 3.364.076 Ha, kondisi mangrove lebat seluas 3.121.239 Ha (92,78%), mangrove sedang seluas 188.363 Ha (5,60%), dan mangrove jarang seluas 54.474 Ha (1,62%).

Adapun fokus pemerintah dalam melakukan rehabilitasi kawasan mangrove berada di mangrove dengan kondisi tutupan yang jarang. Pembagian peran dalam rehabilitasi kawasan mangrove jarang dilakukan sesuai dengan tugas, pokok, dan fungsi Kementerian/Lembaga terkait.

Cek juga data ini

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...