Aksi Hari Bumi Ingatkan Ancaman Sampah Plastik di Lautan
Konservasi Indonesia, Prilly Latuconsina, dan komunitas Generasi Peduli Bumi (GPB) menggelar aksi damai dengan kegiatan teatrikal berbalut edukasi mengenai sampah plastik laut. Aksi yang digelar untuk menyambut Hari Bumi Sedunia pada 22 April itu juga diikuti oleh kelompok mahasiswa Biologi Kelautan Universitas Indonesia (SIGMA B-UI) dan Himpunan Mahasiswa Departemen (HMD) Biologi UI.
Meizani Irmadhiany, Senior Vice President dan Eksekutif Chair Konservasi Indonesia, mengatakan bergabungnya semua elemen masyarakat pada kegiatan kali ini membuktikan masyarakat sudah menyadari bahwa penggunaan plastik dalam kehidupan sehari-hari berdampak panjang, mulai darat hingga lautan.
Konservasi Indonesia mendukung semua kebijakan pokok dari Ekonomi Biru yang diusung pemerintah. Salah satu yang ditargetkan adalah upaya pembersihan sampah laut. "Kita sudah tidak bisa menutup mata bahwa masalah sampah plastik di Indonesia kebanyakan berasal dari darat," ujar Meizani, di Jakarta, Minggu (21/4).
Sampah plastik berdampak pada lingkungan di daratan maupun kehidupan biota laut. Oleh karena itu, semua komponen masyarakat harus bergerak bersama-saham menjaga laut yang merupakan sumber penghidupan bagi masyarakat Indonesia.
Sebelumnya, Kementerian Kelautan dan Perikanan telah menyatakan lima program ekonomi biru. Kelima program tersebut adalah perluasan kawasan konservasi laut; penangkapan ikan terukur berbasis kuota; pembangunan perikanan budidaya laut, pesisir, dan darat secara berkelanjutan; pengawasan dan pengendalian kawasan pesisir dan pulau-pulau kecil; serta pembersihan sampah plastik di laut.
"Harapannya, melalui kolaborasi aksi dan edukasi tentang sampah plastik dan sampah laut ini, masyarakat bersama-sama pemerintah dapat menjaga dan mengelola sumber daya alam kelautan dan perikanan. Termasuk di dalamnya lingkaran ekologi dan ekonomi antara produksi dan perlindungan laut yang memiliki arti penting besar bagi ekosistem lingkungan," ujar Meizani.
Daur Ulang Sampah Plastik
Prilly Latuconsina, Founder Komunitas Generasi Peduli Bumi, mengatakan gerakan ini berawal dari keresahannya melihat tumpukan sampah plastik ketika ia sedang melakukan diving. Prilly menunjukkan komitmennya dalam menjaga kelestarian ekosistem laut bersama komunitasnya dengan fokus pada keberlanjutan untuk pengolahan sampah daur ulang limbah plastik.
"Selain membersihkan lingkungan melalui kegiatan clean-up pantai dari sampah laut, saya bersama teman-teman Generasi Peduli Bumi saat ini fokus pada keberlanjutan untuk pengolahan sampah yang telah dibersihkan," kata Prilly. Sebagai generasi muda, mereka tidak ingin laut di Indonesia yang menjadi rumah dari ribuan ikan dan ratusan spesies terumbu karang menjadi hancur dan musnah akibat sampah plastik yang dibuang ke laut.
Komunitas Generasi Peduli Bumi bekerja sama dengan pengrajin lokal untuk mengolah sampah plastik dari laut menjadi karya. Ia berharap hasil daur ulang limbah plastik dapat terus didistribusikan kepada pengrajin lokal.
"Kami ingin mengajak semua masyarakat untuk semakin menyadari penggunaan plastik dalam kehidupan sehari-hari yang tidak hanya bisa berakhir di tempat sampah, namun juga dapat menjadi sebuah karya yang bisa digunakan kembali," ujarnya.
Sementara itu, Azka Alfathi Madani, Ketua Umum SIGMA-B UI, mengatakan sudah banyak penelitian tentang bahaya plastik makro maupun mikro yang dapat mengganggu kehidupan, baik untuk lingkungan, kesehatan, maupun keanekaragaman hayati. "Plastik memang menjadi masalah di berbagai belahan dunia sekaligus produk teknologi tinggi. Oleh karena itu, kita perlu tahu bagaimana cara memilah dan menanganinya," Ujar Alfathi.