Hari Bumi, 68 Sungai Strategis di Indonesia Tercemar Mikroplastik

Rena Laila Wuri
22 April 2024, 13:27
Warga merekam tumpukan sampah di Kali Ciputat, Parumahan Ciputat Baru, Tangerang Selatan, Banten, Rabu (3/4/2024). Tumpukan sampah kiriman tersebut terbawa arus aliran Kali Ciputat saat volume air naik akibat intensitas curah hujan tinggi.
ANTARA FOTO/Sulthony Hasanuddin/Spt.
Warga merekam tumpukan sampah di Kali Ciputat, Parumahan Ciputat Baru, Tangerang Selatan, Banten, Rabu (3/4/2024). Tumpukan sampah kiriman tersebut terbawa arus aliran Kali Ciputat saat volume air naik akibat intensitas curah hujan tinggi.
Button AI SummarizeBuat ringkasan dengan AI

Earth Day atau Hari Bumi yang jatuh pada hari ini, Senin (22/4) mengusung tema utama ‘Planet vs Plastic’ atau ‘Bumi lawan Plastik. Hal ini didasarkan pada situasi global yang menghadapi tiga krisis planet bumi (triple planetary crisis), termasuk polusi plastik.

Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi) menyebut krisis polusi plastik juga tengah di alami Indonesia. Juru Kampanye Polusi dan Perkotaan Walhi, Abdul Ghofar, mengatakan jumlah sampah plastik di Indonesia dari tahun ke tahun terus mengalami peningkatan.

Pada 2023, komposisi sampah plastik nasional mencapai angka 18,4 persen atau mencapai kurang lebih 12 juta ton. Selain kuantitas sampah plastik yang mengalami  peningkatan dari tahun ke tahun, polusi plastik juga telah mengakibatkan pencemaran lingkungan.

Data Ekspedisi Sungai Nasional (ESN) menyebut 68 sungai strategis nasional tercemar mikroplastik. “Belum lagi jika melihat kondisi pesisir, laut dan pulau-pulau kecil Indonesia yang hampir keselurahannya telah tercemar sampah plastik,” kata Abdul saat dihubungi Katadata.co.id, Senin (22/4).

Menurut Walhi, upaya yang dilakukan oleh Indonesia dalam mengatasi polusi plastik belum maksimal. Ada cukup banyak kebijakan yang mengatur upaya mengatasi polusi plastik melalui penanganan dan pengurangan sampah plastik. Namun, berbagai kebijakan tersebut tidak berjalan dengan baik.  

Untuk itu, kata Abdul, perlu ada komitmen politik yang kuat untuk menjalankan kebijakan-kebijakan tersebut. Apalagi di tengah situasi rendahnya komitmen dari kelompok swasta untuk menjalankan upaya pengurangan polusi plastik.

Ia mengatakan, kelompok swasta bisa memulainya dengan pelarangan kemasan sachet ukuran kecil. Selain itu, penerapan sistem guna ulang (reuse) dan isi ulang (refill) pada jenis usaha tertentu hingga peningkatan angka daur ulang (recycling) untuk kemasan plastik tertentu.

“Kami berharap momentum Hari Bumi yang mengangkat tema Planet vs. Plastics dapat dipergunakan sebagai momentum evaluasi kebijakan dan program nasional dalam menangani dan mengurangi polusi plastik,” ucapnya.

Abdul mengatakan, peringatan hari bumi tahun ini bertepatan juga dengan pertemuan internasional yang membahas perjanjian internasional tentang plastik (Global Plastic Treaty). Dengan demikian, kesungguhan Indonesia dalam mengatasi polusi plastik harus diperlihatkan dalam forum penting tersebut.

Ia mencontohkan Indonesia dapat memperlihatkan dukungan yang kuat pada upaya pengurangan produksi plastik, perubahan desain produk, implementasi ekosistem guna ulang hingga penghapusan bahan kimia tambahan dalam plastik.

Akan tetapi, Walhi juga mengapresiasi upaya pemeritah dalam penanganan dan pengelolaan sampah, seperti kebijakan pelarangan plastik sekali pakai yang saat ini sudah berjalan di lebih dari 100 kabupaten/kota dan provinsi di Indonesia. Namun, kata Abdul butuh kerja keras untuk perluasan skala kebijakan dan implementasi efektif dari kebijakan-kebijakan tersebut.

Sementara itu, Earthday.org mengajak orang-orang di dunia untuk berkomitmen mengakhiri penggunaan plastik demi kesehatan manusia dan bumi. Hal itu dilakukan dengan menekan pengurangan 60% produksi semua plastik pada 2040.

“Kampanye Planet vs. Plastik adalah seruan untuk mengangkat senjata, sebuah tuntutan agar kita bertindak sekarang untuk mengakhiri momok plastik dan menjaga kesehatan setiap makhluk hidup di planet kita,” President Earthday.org Kathleen Rogers dalam keterangan tertulis dikutip Senin (22/4).

Menurut Program Lingkungan PBB atau UNEP, orang-orang di dunia menghasilkan 400 juta ton sampah plastik setiap tahunnya. Angka itu meningkat 19.000% dalam satu abad terakhir.

Perkiraan itu mengacu pada sebuah studi yang diprakarsai lembaga amal lingkungan World Wildlife Fund (WWF) International pada tahun 2019. WWF menyebut bahwa polusi plastik begitu mencemari lingkungan sehingga manusia berpotensi menelan lima gram plastik per minggu, atau setara dengan berat satu kartu kredit plastik. 

Reporter: Rena Laila Wuri

Cek juga data ini

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...