Luhut Kaji Pensiun Dini PLTU Suralaya untuk Tekan Polusi Jakarta

Tia Dwitiani Komalasari
14 Agustus 2024, 15:48
Cerobong asap raksasa dari tujuh pembangkit listrik tenaga batu bara menjulang di atas desa Suralaya, Banten, Kamis (30/8). Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi) menyampaikan kombinasi aktivitas sektor industri, transportasi hingga pembangkit listrik
Muhammad Zaenuddin|Katadata
Cerobong asap raksasa dari tujuh pembangkit listrik tenaga batu bara menjulang di atas desa Suralaya, Banten, Kamis (30/8). Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi) menyampaikan kombinasi aktivitas sektor industri, transportasi hingga pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) batu bara di Banten dan Jawa Barat menjadi penyebab buruknya kualitas udara di DKI Jakarta.
Button AI SummarizeBuat ringkasan dengan AI

Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan, mengungkapkan rencana penutupan Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Suralaya, di Cilegon, Banten, demi menekan polusi udara di Jakarta.

"Jadi kita pengen exercise kita ingin kaji kalau bisa kita tutup supaya mengurangi polusi di Jakarta," kata Luhut ditemui seusai menghadiri Supply Chain & National Capacity Summit 2024 di Jakarta Convention Center (JCC) Senayan, Rabu (14/8).

Menurut Luhut, hal itu dilakukan sebagai upaya pemerintah dalam mengatasi polusi udara khususnya di wilayah DKI Jakarta. Untuk itu, pihaknya akan mengkaji mengenai hal tersebut, apalagi PLTU tersebut sudah beroperasi lebih dari 40 tahun.

Dia mengatakan, Kemenko Marves segera melakukan rapat untuk menindaklanjuti rencana penutupan PLTU tersebut. Indeks kualitas udara yang buruk menyebabkan banyak yang sakit infeksi saluran penapasan akut (ISPA).

"Kalian (wartawan) itu kena, saya juga kena. Jadi ini beban kita rame-rame," ucapnya.

Lebih lanjut, Luhut juga menyoroti indeks kualitas udara yang ada di Ibu Kota Nusantara (IKN) Penajam Paser Utara, Kalimantan Timur yang hanya mencatatkan angka 6. Kualitas udara tersebut lebih baik jika dibandingkan dengan Singapura yang indeks kualitas udaranya mencapai 24 atau 30.

"Kita berharap kalau PLTU Suralaya ditutup,  indeks kualitas udara) akan bisa turun mungkin di bawah 100 indeksnya ini," kata Luhut.

Sebagai informasi, indeks kualitas udara 0-50 menunjukkan kualitas udara yang sehat. Sementara indeks kualitas udara 50-100 berarti sedang, 100-150 tidak sehat bagi kelompok sensitif, 150-200 tidak sehat, dan lebih dari 200 berarti berbahaya.

Reporter: Antara

Cek juga data ini

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...