Pertamina Klaim Berhasil Turunkan Emisi Karbon hingga 35 Persen

Image title
5 September 2024, 14:15
Direktur Utama PT Pertamina (Persero), Nicke Widyawati, saat menjadi pembicara dalam Indonesia International Sustainability Forum (ISF) 2024, Jakarta, Kamis (5/9).
Media Center ISF 2024
Direktur Utama PT Pertamina (Persero), Nicke Widyawati, saat menjadi pembicara dalam Indonesia International Sustainability Forum (ISF) 2024, Jakarta, Kamis (5/9).
Button AI Summarize

Direktur Utama PT Pertamina (Persero), Nicke Widyawati, mengatakan perusahaan berkomitmen dalam mendorong pertumbuhan ekonomi sekaligus menekan pengeluaran emisi karbon dalam bisnis minyak dan gas bumi. Pertamina berhasil menekan emisi karbon dalam operasionalnya hingga 35 persen.

Menurutnya, energi menjadi salah satu kunci untuk menjaga pertumbuhan ekonomi seperti yang dicanangkan pemerintah.

"Kami harus dapat menyediakan energi yang andal dan juga energi yang terjangkau yang dapat diakses oleh semua orang di negara ini," ujar Nicke dalam gelaran Indonesia International Sustainability Forum (ISF) 2024, Jakarta, Kamis (5/9).

Nicke, menyebut Pertamina memiliki beberapa inisiatif untuk mengurangi emisi karbon, meningkatkan efisiensi energi dari seluruh operasi. Ia mengklaim, perusahaan berhasil mengurangi emisi karbon dari operasi kami dari hulu hingga hilir.

"Hingga tahun lalu, pengurangan emisi karbon mencapai 35 persen," ujarnya.

Sementara itu, Nicke mengatakan, energi panas bumi atau geothermal menjadi pilihan terbaik untuk mempercepat bauran energi baru terbarukan (EBT) di Indonesia. "Geothermal adalah opsi terbaik untuk Indonesia," ujar Nicke.

Menurutnya, energi yang berasal dari geothermal dapat menjadi penyangga atau baseload energi yang bersumber dari EBT. Pasalnya, beberapa sumber listrik yang berasal dari EBT memiliki kekurangan karena bersifat tidak tersedia sepanjang waktu atau intermiten.

Nicke mengatakan, Indonesia juga memiliki potensi energi yang berasal dari geothermal cukup besar. Namun, pemanfaatan energi geothermal belum mencapai 10 persen dari total potensi yang ada di Indonesia sebesar 28 gigawatt (GW).

"Potensi geothermal perlu ditingkatkan. Jadi, kami masih memiliki banyak ruang untuk meningkatkan kapasitas geothermal kami," ujarnya.

Pertamina Susun Kerangka Keuangan Berkelanjutan

PT Pertamina (Persero) meluncurkan sustainable finance framework atau Kerangka Keuangan Berkelanjutan. Hal itu bertujuan untuk memastikan upaya keberlanjutan perusahaan terintegrasi terhadap strategi pendanaan perusahaan.

Direktur Keuangan Pertamina, Emma Sri Martini, mengatakan penerapan Kerangka Keuangan Berkelanjutan memungkinkan Pertamina dan anak perusahaan mengakses pendanaan proyek hijau dan proyek transisi energi.

Emma mengatakan, sustainable finance framework ini menjadi pedoman bagi Pertamina dalam melakukan pendanaan berkelanjutan kedepannya, namun tidak terbatas pada pinjaman perbankan dan obligasi.

“Langkah strategis untuk menyusun sustainable finance framework sejalan dengan upaya memberikan komitmen yang lebih luas untuk menciptakan nilai jangka panjang dan keberlanjutan bagi para pemangku kepentingan serta memberikan dampak positif," ujar Emma dalam keterangan tertulis, Jumat (21/6).

Emma mengatakan, sustainable finance framework ini juga memperkuat komitmen Pertamina dalam mencapai target penurunan emisi sebesar 32% dari skenario business as usual (BAU) pada 2030.

Selain itu, langkah ini juga mendukung upaya pemerintah Indonesia untuk mencapai net zero emissions (NZE) pada 2060 atau bahkan lebih cepat, sekaligus memastikan ketahanan energi nasional.

Dia mengatakan, Pertamina, subholding atau anak perusahaan dapat menerbitkan instrumen pendanaan hijau melalui sustainable finance framework. Pendanaan ini akan digunakan untuk membiayai atau refinance proyek-proyek hijau atau transisi yang memenuhi syarat.

Menurut Emma, syarat tersebut terdiri dari sembilan kategori seperti, energi terbarukan, hidrogen hijau, jaringan transmisi dan distribusi untuk gas-gas terbarukan dan rendah karbon, bangunan hijau, transportasi bersih, bahan bakar rendah karbon, pengelolaan sumber daya alam hidup yang berkelanjutan dan penggunaan lahan, penurunan emisi, dan transisi di sektor perkapalan.

Reporter: Djati Waluyo

Cek juga data ini

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...