Hasil Studi: BBM Standar Euro 4 Bisa Tekan Emisi Polutan Jakarta hingga 70%

Tia Dwitiani Komalasari
14 Oktober 2024, 11:00
Pengendara motor melintas di sekitar Jalan MH Thamrin, Jakarta Pusat, Senin (14/8). Sebagian besar warga terlihat mengenakan masker. Seminggu terakhir ini polusi udara di Jabodetabek menjadi sorotan masyarakat. Kualitas udara di Jakarta masuk kategori tid
Muhammad Zaenuddin|Katadata
Pengendara motor melintas di sekitar Jalan MH Thamrin, Jakarta Pusat, Senin (14/8). Sebagian besar warga terlihat mengenakan masker. Seminggu terakhir ini polusi udara di Jabodetabek menjadi sorotan masyarakat. Kualitas udara di Jakarta masuk kategori tidak sehat.
Button AI SummarizeBuat ringkasan dengan AI

Studi terbaru World Resources Institute (WRI) Indonesia melalui program USAID Clean Air Catalyst menyatakan penggunaan bahan bakar minyak (BBM) standar Eruo 4 diproyeksikan mampu menurunkan emisi polutan seperti PM10 dan PM2.5 hingga 70 persen pada tahun 2030.

Penurunan ini diketahui akan memberikan kontribusi bagi perbaikan kesehatan masyarakat, khususnya dalam menekan angka penyakit pernapasan dan penyakit kardiovaskular yang seringkali lebih tinggi di kawasan perkotaan.

Selain itu, hasil studi mengungkapkan kendaraan berat terutama truk menjadi penyumbang terbesar untuk beberapa jenis polutan termasuk partikel (PM) 2.5. Kendaraan berat terutama truk penyumbang terbesar partikel emisi (PM10, PM 2.5, dan karbon hitam), nitrogen oksida (NOx), dan sulfur dioksida (SO2), sementara sepeda motor lebih banyak menyumbang emisi karbon monoksida (CO) dan senyawa organik volatil nonmetana (NMVOC).

Menanggapi temuan tersebut, Asisten Pembangunan dan Lingkungan Hidup Sekretaris Daerah DKI Jakarta Afan Adriansyah Idris, mengatakan hasil studi yang dihasilkan memberikan informasi mendasar guna memahami sumber polusi di Jakarta. Studi tersebut juga akan menjadi dasar pengembangan kebijakan pengendalian polusi yang tepat sasaran.

"Dengan data ini, Jakarta lebih siap dalam menghadapi tantangan terkait polusi udara di masa depan,” kata dia dikutip dari Antara, Senin (14/10),

Studi tersebut bekerja sama dengan Guru Besar Teknik Lingkungan Institut Teknologi Bandung (ITB), Prof. Puji Lestari, yang juga peneliti USAID CAC. Hasil studi memperbarui pemetaan sumber emisi di sektor transportasi di Jakarta, yang terakhir dilakukan pada 2020.

Manajer Program Kualitas Udara WRI Indonesia dan Project Manager Clean Air Catalyst, Satya Utama, mengatakan laporan ini dapat membantu merancang kebijakan yang lebih komprehensif untuk pengendalian polusi udara. Data yang dihasilkan dari studi ini memberikan gambaran lebih jelas mengenai tantangan polusi udara di Jakarta, khususnya dari sektor transportasi.

"Ini adalah upaya konkret dalam upaya mengurangi emisi, khususnya dari sektor transportasi untuk kualitas udara yang lebih baik," jelas dia.

 Di sisi lain, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta menyatakan telah melakukan berbagai langkah guna menangani polusi. Kepala Dinas Lingkungan Hidup DKI Jakarta Asep Kuswanto mengatakan langkah-langkah ini salah satunya menambah jumlah stasiun pemantau kualitas udara yang dapat diakses masyarakat secara komputasi waktu nyata (real-time) melalui udara.jakarta.go.id.

Pemprov DKI juga, memperluas uji emisi kendaraan secara berkala, serta meningkatkan pengawasan terhadap industri yang berpotensi mencemari lingkungan. "Selain itu, kami juga sedang mempersiapkan rencana memperluas kawasan rendah emisi (low emission zone) guna mengurangi tingkat polusi udara secara signifikan," jelas Asep.

Reporter: Antara

Cek juga data ini

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...