Kronologi 14 Warga Jakarta Sakit Imbas Terpapar Polusi RDF Rorotan

Ringkasan
- East Ventures meluncurkan IndoBuild AI, platform bagi inovator AI untuk belajar, membangun, dan memamerkan solusi mereka.
- IndoBuild AI bertujuan mempertemukan talenta AI dan ekosistem teknologi untuk mengeksplorasi peluang dan mempercepat adopsi AI di Indonesia.
- Platform ini memiliki beberapa tahapan, termasuk workshop, proses ideasi, seleksi peserta, dan Demo Day, di mana peserta terpilih akan mempresentasikan solusi AI mereka dan berkesempatan memenangkan hadiah.

Sebanyak 14 warga mengalami sakit akibat terpapar polusi dari fasilitas pengolahan sampah menjadi bahan bakar atau Refuse Derived Fuel (RDF) Plant Jakarta di Rorotan, Jakarta Utara. Sebagian dari warga yang sakit tersebut adalah anak-anak.
RDF Rorotan akan diresmikan pada April 2025. Namun pengujian fasilitas tersebut sudah dilakukan sejak Februari 2025. Sejak itulah warga mulai mngeluhkan bau yang ditimbukan dari RDF Rorotan.
Fasilitas pengolahan sampah tersebut ternyata tidak hanya menimbulkan bau, namun juga berdampak pada kesehatan. Pada Jumat (21/3), sebanyak 11 orang dilaporkan terkena infeksi saluran pernapasan atas (ISPA) dan tiga orang terkena infeksi mata akibat polusi dari RDF.
Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) DKI Jakarta Asep Kuswanto mengatakan pihaknya sudah berkoordinasi dengan Dinas Kesehatan DKI Jakarta untuk melakukan kunjungan ke warga yang dilaporkan terdampak tersebut. Menurut informasi, belasan warga yang rata-rata adalah anak-anak itu terkena penyakit akibat limbah udara (bau) yang ditimbulkan dari pengujian RDF Rorotan.
"Saya sudah koordinasi kemarin dengan Ibu Kepala Dinas Kesehatan untuk melakukan kunjungan dan melihat kondisi anak-anak tersebut," kata dia dikutip dari Antara, Senin (24/3).
Kenapa RDF Rorotan Berdampak Buruk?
Merespons hal tersebut, Gubernur Jakarta Pramono Anung mengatakan Pemprov DKI akan bertanggung jawab mengatasi masalah kesehatan yang dialami warga.
"Sudah saya putuskan, siapapun yang sekarang ini terdampak karena kemarin, kesalahan kami dan saya sudah minta maaf untuk itu. Pemerintah Jakarta bertanggung jawab untuk kesehatannya," kata dia.
Setelah melakukan peninjauan ke lokasi, Pramono pun menjelaskan alasan RDF Rorotan malah menimbulkan bau dan membahayakan kesehatan warga. Hal itu terjadi karena sampah yang digunakan sudah lama disimpan di bunker hingga lebih dari sebulan.
“Padahal harusnya secara teknis sampah yang digunakan itu harusnya sampah tiga hari paling lama sehingga sampah 'fresh'," katanya.
Sampah yang sudah lama tersebut kemudian menimbulkan bakteri, bau, dan cerobong asap hitam. Untuk itu, Pramono pun sudah menginstruksikan kepada Kepala DLH Jakarta dan jajarannya segera memperbaiki permasalahan yang ada.
Namun, Pramono akan melanjutkan penggunaan RDF. Pasalnya, RDF sudah digunakan di Bantargebang dan cukup baik jika dijalankan dengan benar.
“Saya membayangkan kurang lebih seperti yang kemarin ada di Bantar Gebang. Ternyata sangat berbeda," katanya.
Dia juga sudah memerintahkan jajarannya untuk memasang deodorizer di RDF Rorotan. Tujuannya untuk menghilangkan bau yang ditimbulkan. Kemudian, Pramono juga meminta agar filter di RDF Rorotan ditambah, meskipun harus menambah biaya.
"Saya minta kepala dinas untuk dilaporkan dalam rapat dan saya akan putuskan untuk koreksi terhadap itu. Karena memang bagaimanapun kami tidak mau kepala dinas di suatu hari ada persoalan yang beliau tidak bisa pertanggungjawabkan," katanya.
Menanggapi keluhan tersebut, Project Manager Pembangunan RDF Plant Jakarta KSO Wika-Jaya Konstruksi, Angga Bagus mengatakan, bau muncul disebabkan pengaturan unit "Advanced Oxidation Process" (AOP) atau proses oksidasi pada "deodorizer" (penghilang bau) belum beroperasi penuh.